BELAJAR TANGANI BANJIR DARI KOTA SURAKARTA
Bencana banjir seolah-olah terdengar tidak asing lagi, karena bencana tersebut sering kali menimpa masyarakat. Hujan deras berkepanjangan sehingga menyebabkan bencana banjir yang tidak dapat di hindari. Banjir tersebut bisa merusak lingkungan, tempat tinggal dan perabotannya, sampai mengancam kesehatan karena banyaknya penyakit yang dapat menyerang kesehatan.
Untuk itu, peran dari wakil rakyat di daerah sangat diperlukan untuk memberikan masukan serta solusi kepada Eksekutif dalam menangani banjir. Melihat kondisi tersebut, Komisi C DPRD Lamongan yang membidangi hal tersebut terus menambah wawasan serta refrensi dalam menangani Banjir di berbagai Kabupaten dan Kota. Salah satunya selasa Kemarin (8/8/2017), Komisi C melakukan Koordinasi ke Pemkot Surakarta. Ketua Komisi C menjelaskan “secara Geografis, Kota tersebut hampir mempunyai kesamaan dengan Kabupaten Lamongan yang sama-sama dilalui Sungai Bengawan Solo.” Selama ini, salah satu faktor terjadinya banjir karena luapan Sungai tersebut saat musim penghujan. “Karena alasan itulah, Komisi C berkunjung ke Kota Surakarta untuk mencari dan menggali trobosan kota tersebut dalam menanggulangi bencana banjir.” Kata Ketua Komisi C Moh Amir dari Fraksi Partai Demokrat
Di Ruang Rapat Sekda Pemkot Surakarta, Komisi C di terima oleh Ir Arif Nur Jadi, MM selaku Kabid Sumber Daya Air DPU Penataan Ruang. Dalam Koordinasi tersebut, Pemkot Surakarta melakukan berbagai cara dalam menanggulangi Banjir di antaranya memperbanyak pembangunan Gorong-gorong, pengangkatan sedimen secara rutin dengan menggunakan pompa air portable, pembangunan Polder penampung air, membentuk kelurahan tangguh bencana, dan membentuk sekolah sungai dengan Walikota sebagi kepala sekolahnya dengan harapan masyarakat dan dunia usaha sadar akan pengelolaan sungai.
Terkait Pembangunan Polder, saat ini Kota Surakarta membangunnya dengan menggunakan dana APBN. Ir Arif Nur menjelaskan Fungsi utama Polder adalah sebagai pengendali permukaan air. “Polder juga berfungsi sebagai Pengendali Banjir, kebutuhan air bersih, dan bisa dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi” Jelasnya. Untuk kepentingan permukiman, permukaan air dikendalikan supaya tidak terjadi genangan banjir, sehingga saat kelebihan air bisa dipompa keluar ke sistem polder.
Sedangkan untuk kelurahan tangguh bencana, saat ini sudah terbentuk di 12 Kelurahan dari 51 Kelurahan yang ada di Kota Surakarta dengan dilengkapi Alarm tanda siaga banjir. Selain itu, Pemkot Surakarta juga membentuk Sekolah Sungai dengan tenaga pengajar diambil dari tenaga akademisi dan para relawan. “kedepannya Sungai di Kota Surakarta dapat dijadikan tempat wisata dan kebutuhan sehri-hari” tutur dari Kabid Sumber Daya Air DPU Penataan Ruang Pemkot Surakarta.