Dalam rangka mengenalkan situs-situs cagar budaya dan museum kepada siswa TK/SD yang ada di Lamongan, juga untuk menumbuhkan nasionalisme daerah sejak dini pada generasi alpha, Pemerintah Kabupaten Lamongan melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kembali melaksanakan kegiatan Tour Wisata Sejarah Lamongan, Rabu (17/11).
Tour wisata sejarah Lamongan ini sebelumnya sudah pernah dilaksanakan, diawali pada rangkaian peringatan Hari Jadi Lamongan ke-452. Kali ini, Tour Wisata Lamongan ini diikuti peserta berjumlah 100 anak dari dua lembaga, yakni TK Al Falahiyah Kranggan Sidokumpul dan SDN Plosowahyu dengan tujuan lokasi Gedung Pemda Lamongan, Masjid Agung Lamongan, Pendopo Lokatantra Kabupaten Lamongan, serta Makam dan Museum Sunan Drajat.
Menerima kunjungan siswa TK/SD dalam Tour Wisata Lamongan di Pendopo Lokatantra, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi menceritakan terkait sejarah pemerintahan di Kabupaten Lamongan, serta Mbah Lamong sebagai Bupati Pertama Lamongan.
“Saya Yuhronur Efendi, jadi yang namanya biasa dipanggil Pak Yes. Saya bupati yang ke-44. Kalau bupati pertama namanya Mbah Lamong, atau biasa dipanggil Ranggahadi, atau dipanggil Tumenggung Surajaya,” kata Pak Yes.
Beliau juga menceritakan asal mula Hadi yang merupakan santri Sunan Giri dan berasal dari Cancing Ngimbang yang diutus untuk datang ke wilayah yang saat ini disebut Lamongan. Serta mengawali tata pemerintahan di Kabupaten Lamongan.
“Supaya Lamongan ini aman dan tentram harus punya pemimpinnya, maka Hadi tersebut santri yang pinter, yang rajin seperti anak-anak semuanya ya, rajin belajar dan pinter-pinter, diberi gelar Rangga oleh Sunan Prapen, kemudian dilantik dan menjadi Tumenggung Surajaya,” terang Pak Yes.
Adanya Tour Wisata Sejarah yang merupakan bentuk literasi budaya ini, oleh Pak Yes diharapkan mampu menumbuhkan kecintaan anak-anak yang dalam hal ini merupakan generasi alpha (anak yang lahir di tahun 2010 sampai 2025) terhadap daerahnya Lamongan. Dimana literasi budaya ini merupakan suatu hal yang sangat penting untuk penguatan identitas budaya dan bangsa, juga menangkal dampak negative dari adanya globalisasi.
Sumber : Prokopim