LITERASI KULINER : MENGENAL LEGITNYA JUMBREK LAMONGAN
Jumbrek? Makanan apa itu?
Kalau belum pernah makan jumbrek, sini main ke Lamongan. Di daerah pantura Lamongan ada makanan khas yang sangat terkenal dan sering dibeli sebagai buah tangan saat mengunjungi Lamongan. Bentuknya kerucut dililit dengan daun siwalan.
Jumbrek sangat menjamur di kecamatan Paciran, Lamongan. Di daerah Paciran tumbuh banyak pohon siwalan. Dari sinilah masyarakat mengolah siwalan menjadi jajanan. Jumbrek sendiri sudah ada sejak dulu sekitar abad 15 hingga 16 masehi yaitu pada waktu itu kerapkali sebagai jamuan tamu dan juga dalam sedekah bumi, jumbrek tidak ketinggalan turut mewarnai.
Di daerah Paciran banyak yang menjual jumbrek, tapi jumbrek yang terkenal legit dan manis yaitu Jumbrek Bu Karmini. Selain menjual jumbrek, bu Karmini juga pembuat jumbrek. Saat ini bu Karmini sudah tidak membuat jumbrek sendiri karena sudah diolah anak dan menantunya tapi meskipun bukan bu Karmini sendiri yang membuat, cita rasa jumbrek khas Bu Karmini ini tidak pernah berubah dari masa ke masa. Alamat rumah pembuatan jumrek bu Karmini berada di Jalan Daendels, Desa Paciran, sekitar 2,5 km sebelah barat Wisata Bahari Lamongan (WBL). Ada gang kecil yang disebut dengan Sorasem (dari bahasa Jawa “Ngisor Asem” yang artinya “Di Bawah Pohon Asam” meski kini pohon asamnya sudah tidak ada). Dari gang sempit tersebut, masuk kira-kira 100 m ke utara. Di gang masuk tertulis jumrek Bu Karmini.
Dari cerita bu Ilayati yang masih kerabat bu Karmini, usaha home industri Jumbrek bu Karmini ini sudah berdiri sekitar 60 tahun yaitu tahun 1960 dan saat ini diteruskan oleh generasi ketiga. Hal yang menjadi ciri khas jumbrek bu Karmini adalah bahan-bahannya yang terbuat dari bahan berkualitas yaitu dengan gula siwalan. Jumbrek Bu Karmini mempunyai cita rasa manis dan harum. Berbeda dengan jumbrek yang memakai gula aren atau dengan campuran gula pasir yang aroma harumnya kurang harum. Selain itu jika jumbrek memakai gula aren dan gula pasir itu kurang tahan lama sedangkan jumbrek memakai gula siwalan mampu bertahan hingga dua hari, sementara jumbrek gula campuran hanya mampu bertahan tidak lebih dari satu hari.
Bu Ilayati menjelaskan proses pembuatan jumbrek dimulai jam 1 pagi dengan dikukus menggunakan dandang kuno. Satu dandang bisa berisi 50 buah jumbrek dan sehari bisa memproduksi sebanyak seribu lebih jumbrek. Jika musim nangka, jumbrek diberi tambahan buah nangka untuk menambah kelezatan jumbrek. Saat semua adonan sudah dimasukkan ke daun lontar, Jumbreg kemudian dikukus dalam sebuah kukusaan kuno yang ditaruh di dandang yang juga kuno. Kukusan dan dandang kuno ini bentuknya seperti yang digunakan untuk menanak nasi zaman dulu. Dibutuhkan kurang lebih waktu 30 menit hingga jumbrek benar-benar matang. Saat mengukus, dandang harus dibuka-tutup agar adonannya tidak menggelembung.
Harga jumbrek saat ini dipatok dengan harga Rp 4.000 saja per biji dan biasanya dijual dalam bungkusan berisi sepuluh buah. Jadi satu bungkus harganya Rp 40.000,-. Ini memang sedikit lebih mahal daripada Jumbrek-Jumbrek gula campuran.
Banyak penjual yang mengambil jumbrek bu Karmini untuk dijual kembali. Jumbrek bu Karmini yang rasanya legit, banyak dicari oleh wisatawan yang berlibur ke Lamongan karena di Paciran terdapat tempat wisata yang terkenal yaitu Wisata Bahari Lamongan (WBL), Mazola, Goa Maharani, makam Sunan Drajat, atau makam Sunan Sendang Duwur.
Rekomendasi tempat membeli jumbrek bisa di dekat SMP Negeri 1 Paciran, tempat jualannya tepat di depan apotek.
(Fitri Areta)