DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN DAERAH

Kini, Kamu Bisa Menerbitkan Buku

Mempunyai buku yang ditulis sendiri memang menjadi idaman semua orang yang suka menulis. Namun tidak semua penerbit tentunya mau menerbitkan buku yang kamu tulis. Ada beberapa alasan, yang membuat mereka tak mau menerbitkan bukumu, salah satunya adalah namamu yang belum tenar.


Bagi penerbit besar (Major label) tentunya hanya akan menerbitkan buku yang mempunyai risiko mendatangkan keuntungan bagi perusahaannya. Nama besar, jadi patokan mereka untuk menerbitkan tulisan seseorang menjadi buku, meski itu tidak selalu. 


Bagi kamu para pemula tentunya mempunyai risiko kalah bersaing dengan para penulis yang sudah punya nama, jika kualitas buku yang kita tulis biasa-biasa saja. Untuk bisa diterbitkan oleh penerbit besar tentunya kualitas tulisan yang kita hasilkan haruslah mampu membuat penerbit tertarik dengan cara menggarap tema yang unik atau tulisan kita telah memenangkan sayembara menulis.

Ada cara yang lebih mudah untuk mempunyai buku sendiri. Salah satunya dengan cara indie label (alias membiayai sendiri proses penerbitan buku) bekerja sama dengan penerbit yang sudah mapan atau penerbit kecil.


Meski cara ini lebih mudah, namun tidak semua penerbit dengan serta merta mau untuk menerbitkannya jika kualitas naskah yang kita punya di bawah standar yang mereka tetapkan. Mereka juga ingin menjaga kredibilitas perusahaan agar nama penerbitnya tetap terjaga baik hasil produksinya maupun kualitas penulis yang diangkatnya.


Untuk cara ini tentunya ada beberapa syarat yang harus dipenuhi;

Pertama, tentunya kita harus menyiapkan naskah secara matang baik kualitas tulisan maupun kredibilitas isi tulisan. Tulisan yang layak baca selain secara penyajian bagus juga ditulis oleh orang yang mumpuni di bidangnya. Ini membuat buku yang kita tulis tidak kacangan di mata pembeli/pembaca. 

Tulislah tema yang berhubungan dengan bidang yang kamu kuasai dan kamu telah berkecimpung di dalamnya lebih dari 5 tahun. Dengan menulis tema yang kamu kuasai bisa dijamin bukumu sangat kredibel dan layak konsumsi. Jangan mencoba menulis sesuatu yang kamu tidak paham dan hanya comot sana-sini dijamin tulisanmu tidak karuan dan berisiko menjiplak karya orang lain. 


Kedua, jika kamu suka menulis sastra dan ingin menerbitkannya menjadi buku pilihlah karyamu yang pernah dimuat di media lain. Hal ini sebagai patokan jika karyamu pernah dimuat di media lain berarti karyamu layak baca. Entah apa pun jenis karyamu, puisi, cerpen atau novel minimal karyamu pernah dikurasi oleh orang lain.


Ketiga, karena bukumu mau kau terbitkan secara indie maka kamu harus menyiapkan dana untuk membiayai proses penerbitan bukumu. Jika hanya ingin dicetak beberapa puluh eksemplar minimal bisa disiapkan modal 1 juta rupiah. Ini untuk buku yang mempunyai ketebalan kurang lebih 100 halaman. 


Tentunya syarat yang saya ajukan ini adalah standar minimal dengan bujet minimal yang bisa kamu lakukan. Dengan sistem Print on Demand (POD) kemudahan mencetak buku dengan biaya murah memudahkan kita untuk memiliki buku pribadi yang kita tulis sendiri. Buku bisa dicetak sesuai pesanan berbeda dengan penerbit major label yang sekali cetak di atas 1.000 eksemplar.

Jika kita mencetak dengan cara indie, keuntungan penjualan menjadi milik penulis 100%. Karena penulis adalah bos sekaligus pemodalnya. Berbeda dengan apabila buku kita diterbitkan oleh penerbit major label, penulis hanya memperoleh royalti kurang dari 25% dari hasil penjualan oleh penerbit yang bersangkutan.


Dalam sistem penerbitan indie penulis bertindak sebagai pengrajin sekaligus penjual, keuntungan yang didapatkan jika buku yang ditulis laku di pasaran malah lebih menjanjikan. Nah kamu mau pilih yang mana? (Penulis: Agus Buchori)


#LiterasiLamongan
#ArpusdaLamongan
#Guslitera