PEDOMAN TEKNIS KEPITING SUKORAME
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh
yang disebabkan kekurangan gizi kronis terutama pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kondisi gagal
tumbuh pada balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu
yang lama dan infeksi penyakit yang terjadi secara berulang. Selain itu,
kondisi gagal tumbuh juga dipengaruhi oleh pola asuh yang kurang tepat selama masa periode emas perkembangan
balita yakni pada usia kurang dari lima tahun. Data Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS, 2018) terdapat 30,8% anak Indonesia mengalami stunting. Hal ini
menunjukkan bahwa stunting merupakan masalah kesehatan yang harus segera ditangani karena prevalensi stunting di Indonesia
masih diatas rekomendasi cut off yang ditentukan oleh WHO yakni <20%. Sedangkan, prevalensi stunting di
Kecamatan Sukorame berdasarkan hasil bulan timbang Agustus 2019 sebesar 10,4%.
Hasil ini mengalami penurunan jika dibandingkan data bulan timbang Februari
2019 sebesar 14,6%.
Penurunan stunting harus dilakukan
sedini mungkin untuk menghindari dampak
jangka panjang yakni menurunnya kualitas sumber daya manusia yang dapat
merugikan perekonomian negara karena stunting dan masalah gizi lainnya
berkontribusi pada hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya.
Dalam upaya penurunan stunting diperlukan kerjasama lintas sektor mengingat
penyebab masalah gizi termasuk stunting adalah
multifaktoral yang tidak dapat diselesaikan hanya dari sisi kesehatan saja.
Oleh karena itu, pemerintah membuat
program 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) dalam rangka menurunkan stunting. Program 1000 HPK ini terdiri dari intervensi gizi sensitif dan intervensi gizi spesifik yang melibatkan
berbagai lintas sektor dan pemerintah serta dukungan komitmen politik dan
kebijakan. Intervensi gizi sensitif adalah intervensi yang dilakukan untuk
mengatasi penyebab langsung dari sektor kesehatan. Sedangkan intervensi gizi
spesifik adalah intervensi yang dilakukan untuk mengatasi penyebab tidak
langsung. Intervensi spesifik inilah yang membutuhkan komitmen dan dukungan
dari sektor non kesehatan. Untuk mendukung keberhasilan pemerintah dalam
mengatasi stunting, maka Puskesmas sukorame membuat sebuah inovasi program yang
bernama Kepiting Sukorame (Kelompok Peduli Stunting Kecamatan Sukorame).
Program Kepiting Sukorame merupakan
program terpadu
dalam mengatasi stunting
yang melibatkan semua lintas sektor dan
komitmen dari kecamatan dalam upaya penurunan stunting.
1.2.1 Bagaimana rencana
program Kepiting Sukorame?
1.2.2 Bagaimana analisis
sumber daya pada program Kepiting Sukorame?
1.2.3 Apa saja hambatan dan tantangan dalam pelaksanaan program
Kepiting Sukorame?
Untuk mengetahui rencana program, analisis
sumber daya, serta hambatan dan tantangan
dalam pelaksanaan program Kepiting Sukorame.
2.2.1 Program Kepiting Sukorame
Kepiting Sukorame (Kelompok Peduli
Stunting Sukorame) merupakan program inovasi yang dibuat oleh Puskesmas
Sukorame dalam rangka menurunkan angka stunting di Kecamatan Sukorame. Program
inovasi ini didasarkan pada beberapa
masalah terkait dengan stunting di Kecamatan Sukorame, diantaranya:
1. Prevalensi
stunting di Kecamatan Sukorame termasuk dalam 10 kecamatan dengan prevalensi
tinggi di Kabupaten Lamongan. Pada tahun 2018 berdasarkan data bulan timbang
Agustus, prevalensi stunting Kecamatan Sukorame mencapai 25,20% dan termasuk
dalam bagian lokus stunting yang ditetapkan oleh Kabupaten Lamongan.
2. Stunting
merupakan kondisi gagal tumbuh
yang dialami oleh balita akibat kekurangan zat gizi kronis.
Penyebab stunting bersifat multifaktoral sehingga dalam penanganan dan
penurunan stunting diperlukan komitmen pemerintah dan usaha lintas sektor
sehingga dibentuklah kelompok peduli stunting (Kepiting Sukorame) yang
mendukung berbagai upaya dalam penurunan stunting.
3. Dampak
stunting sangat besar bersifat permanen dan sulit diperbaiki. Stunting dapat
menurunkan kecerdasan dan meningkatkan resiko penyakit tidak menular di masa
mendatang sehingga dalam jangka panjang stunting dapat menurunkan kualitas
sumber daya manusia dan merugikan perekonimian negara.
Tujuan dari dibentuknya Kepiting
Sukorame adalah:
1. Meningkatkan
komitmen pemerintah kecamatan dan lintas sektor dalam menurunkan angka stunting
di Kecamatan Sukorame
2.
Menurunkan prevalensi stunting
di Kecamatan Sukorame
1.
Mencegah terjadinya
stunting pada balita.
2.
Menurunkan prevalensi stunting
3.
Menemukan balita stunting
sejak dini
Dalam upaya menurunkan stunting melalui
program Kepiting Sukorame, maka dibuatlah rencana strategi kegiatan Kepiting
Sukorame, diantaranya:
a.
Pembentukan tim stunting
Pembentukan tim stunting ini bertujuan untuk meningkatkan
komitmen pemerintah dan seluruh lintas sektor di Kecamatan Sukorame.
Tim Stunting ini terdiri
dari Jajaran Muspika (Camat,
Kapolsek, dan Danramil selaku pembina), Kepala Puskesmas beserta staf
Puskesmas, Pemerintah Desa, Koordinator Wilayah Dinas Pendidikan, Dinas
Pertanian, PPKB, dan KUA kecamatan Sukorame. Pembentukan tim stunting ini
didasarkan pada Surat Keputusan Camat Sukorame.
b.
Pembentukan Kader Jupanting (Juru Pantau Stunting)
Pembentukan Kader Jupanting ini dilakukan di setiap dusun
di Wilayah Kerja Puskesmas Sukorame sebagai ujung tombak usaha pencegahan dan
penanggulangan stunting. Selanjutnya Kader Jupanting dididik dan dilatih agar
dapat menekan angka stunting. Pendidikan dan pelatihan kader Jupanting ini
dilakukan melalui kegiatan Refreshing Kader yang berisi tentang cara melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan, pelatihan Emo demo, dan pelatihan
Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA).
c.
Pendataan balita stunting
by name by adress
Pendataan balita stunting didasarkan pada data dari
puskesmas dan dilanjutkan dengan
kunjungan ke rumah balita stunting untuk dilakukan wawancara audit stunting. Wawancara ini bertujuan untuk
mengetahu penyebab stunting dan menentukan intervensi yang tepat untuk
penanggulangan stunting.
d. Pemberian PMT Pemulihan untuk
balita gizi kurang dan ibu hamil KEK
Pemberian makanan tambahan dibagikan untuk memperbaiki status gizi balita
dan ibu hamil. Pemberian PMT ini dilakukan
selama tiga bulan dan dilakukan monitoring dan evaluasi di
setiap bulannya.
e.
Penyuluhan stunting
dan imunisasi TT pada sasaran
Calon Pengantin
Penyuluhan ini bertujuan untuk memperhatikan status gizi
dan asupan gizi yang seimbang untuk mempersiapkan kehamilan sehingga mendapatkan
keturunan yang berkualitas. Selain
itu, pasangan catin dianjurkan imunisasi TT dan pemeriksaan laboratorium untuk screnning awal kondisi kesehatan catin .
f.
Penyuluhan stunting pada ibu hamil (Kelas Ibu hamil)
Sebagai sasaran utama dalam program 1000 hari pertama
kehidupan untuk pencegahan stunting, ibu hamil dan ibu baduta menjadi fokus
utama dalam keberhasilan intervensi stunting.
Intervensi ini meliputi penyuluhan gizi seimbang ibu hamil dan memperbaiki mitos pantangan makan
yang beredar di mayarakat, kegiatan ANC terpadu, kegiatan Poyandu rutin, serta
penyuluhan ASI dan MP ASI untuk mendukung keberhasilan ASI eksklusif.
g.
Penyuluhan Primadona Stunting
(Pemberian Makanan Dorong Penurunan Stunting) Penyuluhan Primadona Stunting merupakan
penyuluhan dengan sasaran
ibu baduta dan ibu balita terkait
pemberian makanan MP-ASI yang tepat sehingga dapat menurunkan resiko stunting. Penyuluhan
Primadona Stunting ini menggunakan media dan metode yang mudah diingat
oleh ibu baduta.
Metode penyuluhan dengan menggunakan games Tabel PRIMA.
h.
Penerapan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM)
Penerapan STBM ini bertujuan untuk memengubah perilaku
higine sanitasi masyarakat sehingga dapat berkontribusi dalam pencegahan
penularan penyakit infeksi dan pencegahan stunting. STBM ini terdiri 5 pilar diantaranya: tidak buang air
besar sembarangan, cuci tangan dengan sabun dan dengan air yang mengalir,
mengelola air minum rumah tangga, mengelola sampah rumah tangga, dan mengolah
limbah cair rumah tangga.
i.
Imunisasi Dasar
Lengkap pada balita
Imunisasi Dasar Lengkap pada balita wajib dilakukan untuk mencegah penularan penyakit menular
pada balita sehingga balita tumbuh sehat.
Imunisasi ini dilakukan di
Puskesmas dan dikoordinir oleh seorang Koordinator Imunisasi.
2.2 Analisis Sumber Daya Program Kepiting Sukorame
NO. |
|
PERAN |
KELEBIHAN |
KEKURANGAN |
1. |
Muspika (Camat, Kapolsek, Danramil) |
-
Memotivasi dan meningkatkan
komitmen semua lintas sektor dalam upaya penurunan angka stunting -
Mendorong semua lintas sektor
untuk terlibat dalam semua program |
- Mempunyai kekuatan dan kedudukan dalam
mendorong semua lintas sektor di Kecamatan |
- Waktu yang terbatas karena kesibukan masing- masing. |
2. |
Kepala Puskesmas |
-
Mendorong seluruh tenaga kesehatan untuk ikut
berpartisipasi dalam mendukung program stunting di sektor kesehatan |
- Mempunyai kekuatan dan kedudukan dalam mendorong keterlibatan semua tenaga kesehatan Puskesmas |
- Waktu yang terbatas karena kesibukan sebagai kepala Puskesmas. |
3. |
Tenaga Kesehatan Puskesmas
(bidan desa, tenaga gizi, perawat desa dan Puskesmas) |
-
Mengkoordinasikan dan melaksanakan
program ke desa -
Memberikan pelatihan kepada Kader Jupanting |
- Mempunyai
pengetahuan dan keterampilan dalam menjelaskan |
-
Waktu yang terbatas karena kesibukan -
Koordinasi yang |
|
|
-
Memberikan penyuluhan kepada
sasaran -
Memberikan informasi dan melakukan imunisasi -
Melakukan pendataan dan wawancara balita stunting by name by
adress |
permasalahan kesehatan terutama stunting |
kurang antar
tenaga kesehatan |
4. |
Ibu balita |
-
Sasaran utama dalam pencegahan dan penanganan stunting. -
Menyediakan makanan yang
seimbang -
Memotivasi anak untuk makan
sesuai dengan yang disarankan -
Menerapkan ilmu yang didapat setelah mendapat penyuluhan |
-
Berperan langsung dalam mencegah stunting -
Mempunyai kendali dalam merawat balita -
Terbuka dalam menerima informasi |
- Kurangnya
motivasi untuk ikut dalam kegiatan |
5. |
Ibu hamil |
-
Sasaran utama dalam pencegahan dan penanganan stunting. -
Menerapkan ilmu yang didapat setelah mendapat penyuluhan -
Mengonsumsi makanan
yang seimbang untuk ibu hamil |
- Terbuka dalam menerima informasi |
-
Terpengaruh mitos pantangan makan di masyarakat -
Kurangnya motivasi untuk
ikut dalam kegiatan |
6. |
Pasangan Catin |
-
Sasaran utama dalam pencegahan dan penanganan stunting. -
Menerapkan ilmu yang didapat setelah mendapat penyuluhan -
Melakukan imunisasi TT ke Puskesmas |
- Terbuka dalam menerima informasi |
-
Terpengaruh mitos pantangan makan di masyarakat -
Kurangnya motivasi untuk
ikut dalam kegiatan |
7. |
Kader |
-
Mendorong sasaran untuk melakukan saran dari tenaga kesehatan -
Menjembatani kegiatan dari
puskesmas ke sasaran -
Memotivasi sasaran untuk hadir
dalam kegiatan -
Menerapkan materi yang telah disampaikan saat pelatihan
jupanting |
- Motivasi tinggi dalam melaksanakan kegiatan |
- Beberapa kader kurang koorperatif. |
8. |
Lintas
Sektor (Kepala Kanwil Dinas Pendidikan) |
-
Bekerja sama dengan Puskesmas untuk memberikan penyuluhan
terkait pola asuh yang benar dan penerapan STBM di lingkungan sekolah |
- Mempunyai
pengetahuan dan keterampilan dalam menjelaskan materi
terkait pola asuh yang benar |
-
Waktu yang terbatas karena kesibukan -
Koordinasi yang kurang antar
lintas sektor |
9. |
Lintas Sektor
(Kepala Kanwil Dinas |
- Bekerja sama
dengan Puskesmas untuk |
- Mempunyai |
- Waktu yang |
|
Pertanian) |
memberikan penyuluhan terkait pertanian dan
penggunaan peptisida yang benar |
pengetahuan dan keterampilan dalam menjelaskan materi
terkait
penggunaan peptisida yang benar |
terbatas karena kesibukan - Koordinasi yang kurang antar lintas sektor |
10. |
Lintas Sektor
(PKKB) |
-
Bekerja sama dengan Puskesmas untuk memberikan penyuluhan
terkait pentingnya penggunaan KB pasca melahirkan |
- Mempunyai
pengetahuan dan keterampilan dalam menjelaskan materi
terkait KB |
-
Waktu yang terbatas karena kesibukan -
Koordinasi yang kurang antar
lintas sektor |
11. |
Lintas Sektor
(KUA) |
-
Bekerja sama dengan Puskesmas
untuk memberikan penyuluhan terkait zat gizi yang harus dipenuhi pada
pasangan calon pengantin. -
Berkoordinasi dengan Puskesmas terkait data calon
pengantin untuk dilakukan penyuluhan dan imunisasi TT |
- Mempunyai kewenangan dan
data terkait calon pengantin di Kecamatan
Sukorame |
- Koordinasi
yang kurang karena kesibukan masing- masing lintas sektor |
12. |
Tokoh masyarakat dan Pemerintah Desa |
- Mendukung semua kegiatan yang dilakukan dalam rangka
menurunkan angka stunting |
- Mempunyai
kedudukan di masyarakat dan |
- Waktu yang terbatas karena kesibukan |
|
|
- Meluruskan mitos yang beredar di masyarakat tentang pantangan makan |
disegani oleh masyarakat |
- Koordinasi
yang kurang antar lintas sektor |
Dalam melaksanakan program terdapat beberapa
hambatan, diantaranya:
-
Terbatasnya komunikasi antar lintas sektor karena kesibukan
masing-masing pihak.
-
Masih kurang
dukungan dan partisipasi antar lintas sektor
-
Kurangnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan
yang direncanakan.
-
Kurangnya motivasi masyarakat dan
semua lintas sektor dalam upaya
penurunan angka stunting.
Berdasarkan data bulan timbang selama
tiga tahun terakhir terdapat penurunan jumlah stunting di Kecamatan Sukorame. Jumlah stunting pada bulan Agustus
2019 adalah 113 dan pada bulan Agustus 2020 menurun menjaadi
103 balita dan pada bulan timbang Agustus 2021 menurun menjadi 88 balita. Hal
ini menunjukkan bahwa dengan adanya program inovasi Kepiting Sukorame
prevalensi stunting di Kecamatan Sukorame menurun sehingga program Kepiting
Sukorame efektif dalam penurunan stunting. Oleh karena itu perlu dilakukan
usaha keberlanjutan program Kepiting Sukorame sehingga dapat mewujudkan tujuan
Puskesmas Sukorame dalam memberantas stunting di Kecamatan Sukorame.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh
yang disebabkan kekurangan gizi kronis terutama pada masa 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK). Kondisi gagal tumbuh pada balita disebabkan oleh kurangnya asupan
gizi dalam jangka
waktu yang lama dan infeksi penyakit yang terjadi secara berulang.
Dampak stunting sangat besar karena dapat menurunkan kuaitas sumber daya
manusia dan merugikan perekonomian negara. Penyebab stunting bersifat
multifaktoral sehingga dalam penanganan stunting diperlukan komitmen dan
dukungan semua lintas sektor dan
program. Oleh karena itu, Puskesmas Sukorame membuat sebuah program inovasi
yang bernama Kepiting Sukorame (Kelompok Peduli Stunting Sukorame). Kepiting
Sukorame dibentuk untuk menurunkan angka stunting di Kecamatan Sukorame dengan
melibatkan semua lintas sektor dan program. Namun, dalam pelaksanaan masih
menemui beberapa hambatan diantaranya masih terbatasnya peran dan koordinasi
lintas sektor dalam keterlibatan program Kepiting Sukorame.
Diperlukan motivasi dan dorongan semua lintas program dan
sektor dalam upaya penurunan stunting,
Selian itu, diharapkan pemerintah kecamatan, desa, dan jajaran muspika harus memotivasi masyarakat dan lintas sektor
untuk bersama-sama dan berkoordinasi dalam penaganan stunting.