PUSKESMAS SUKORAME - informasi
PEDOMAN TEKNIS KEPITING SUKORAME
PEDOMAN TEKNIS KEPITING SUKORAME
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh
yang disebabkan kekurangan gizi kronis terutama pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kondisi gagal
tumbuh pada balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu
yang lama dan infeksi penyakit yang terjadi secara berulang. Selain itu,
kondisi gagal tumbuh juga dipengaruhi oleh pola asuh yang kurang tepat selama masa periode emas perkembangan
balita yakni pada usia kurang dari lima tahun. Data Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS, 2018) terdapat 30,8% anak Indonesia mengalami stunting. Hal ini
menunjukkan bahwa stunting merupakan masalah kesehatan yang harus segera ditangani karena prevalensi stunting di Indonesia
masih diatas rekomendasi cut off yang ditentukan oleh WHO yakni <20%. Sedangkan, prevalensi stunting di
Kecamatan Sukorame berdasarkan hasil bulan timbang Agustus 2019 sebesar 10,4%.
Hasil ini mengalami penurunan jika dibandingkan data bulan timbang Februari
2019 sebesar 14,6%.
Penurunan stunting harus dilakukan
sedini mungkin untuk menghindari dampak
jangka panjang yakni menurunnya kualitas sumber daya manusia yang dapat
merugikan perekonomian negara karena stunting dan masalah gizi lainnya
berkontribusi pada hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya.
Dalam upaya penurunan stunting diperlukan kerjasama lintas sektor mengingat
penyebab masalah gizi termasuk stunting adalah
multifaktoral yang tidak dapat diselesaikan hanya dari sisi kesehatan saja.
Oleh karena itu, pemerintah membuat
program 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) dalam rangka menurunkan stunting. Program 1000 HPK ini terdiri dari intervensi gizi sensitif dan intervensi gizi spesifik yang melibatkan
berbagai lintas sektor dan pemerintah serta dukungan komitmen politik dan
kebijakan. Intervensi gizi sensitif adalah intervensi yang dilakukan untuk
mengatasi penyebab langsung dari sektor kesehatan. Sedangkan intervensi gizi
spesifik adalah intervensi yang dilakukan untuk mengatasi penyebab tidak
langsung. Intervensi spesifik inilah yang membutuhkan komitmen dan dukungan
dari sektor non kesehatan. Untuk mendukung keberhasilan pemerintah dalam
mengatasi stunting, maka Puskesmas sukorame membuat sebuah inovasi program yang
bernama Kepiting Sukorame (Kelompok Peduli Stunting Kecamatan Sukorame).
Program Kepiting Sukorame merupakan
program terpadu
dalam mengatasi stunting
yang melibatkan semua lintas sektor dan
komitmen dari kecamatan dalam upaya penurunan stunting.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana rencana
program Kepiting Sukorame?
1.2.2 Bagaimana analisis
sumber daya pada program Kepiting Sukorame?
1.2.3 Apa saja hambatan dan tantangan dalam pelaksanaan program
Kepiting Sukorame?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui rencana program, analisis
sumber daya, serta hambatan dan tantangan
dalam pelaksanaan program Kepiting Sukorame.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Rencana Program Kepiting
Sukorame
2.2.1 Program Kepiting Sukorame
Kepiting Sukorame (Kelompok Peduli
Stunting Sukorame) merupakan program inovasi yang dibuat oleh Puskesmas
Sukorame dalam rangka menurunkan angka stunting di Kecamatan Sukorame. Program
inovasi ini didasarkan pada beberapa
masalah terkait dengan stunting di Kecamatan Sukorame, diantaranya:
1. Prevalensi
stunting di Kecamatan Sukorame termasuk dalam 10 kecamatan dengan prevalensi
tinggi di Kabupaten Lamongan. Pada tahun 2018 berdasarkan data bulan timbang
Agustus, prevalensi stunting Kecamatan Sukorame mencapai 25,20% dan termasuk
dalam bagian lokus stunting yang ditetapkan oleh Kabupaten Lamongan.
2. Stunting
merupakan kondisi gagal tumbuh
yang dialami oleh balita akibat kekurangan zat gizi kronis.
Penyebab stunting bersifat multifaktoral sehingga dalam penanganan dan
penurunan stunting diperlukan komitmen pemerintah dan usaha lintas sektor
sehingga dibentuklah kelompok peduli stunting (Kepiting Sukorame) yang
mendukung berbagai upaya dalam penurunan stunting.
3. Dampak
stunting sangat besar bersifat permanen dan sulit diperbaiki. Stunting dapat
menurunkan kecerdasan dan meningkatkan resiko penyakit tidak menular di masa
mendatang sehingga dalam jangka panjang stunting dapat menurunkan kualitas
sumber daya manusia dan merugikan perekonimian negara.
2.2.2 Tujuan Kepiting Sukorame
Tujuan dari dibentuknya Kepiting
Sukorame adalah:
1. Meningkatkan
komitmen pemerintah kecamatan dan lintas sektor dalam menurunkan angka stunting
di Kecamatan Sukorame
2.
Menurunkan prevalensi stunting
di Kecamatan Sukorame
2.2.3 Manfaat yang diperoleh
1.
Mencegah terjadinya
stunting pada balita.
2.
Menurunkan prevalensi stunting
3.
Menemukan balita stunting
sejak dini
2.2.4
Rencana Strategi Kegiatan Program
Kepiting Sukorame
Dalam upaya menurunkan stunting melalui
program Kepiting Sukorame, maka dibuatlah rencana strategi kegiatan Kepiting
Sukorame, diantaranya:
a.
Pembentukan tim stunting
Pembentukan tim stunting ini bertujuan untuk meningkatkan
komitmen pemerintah dan seluruh lintas sektor di Kecamatan Sukorame.
Tim Stunting ini terdiri
dari Jajaran Muspika (Camat,
Kapolsek, dan Danramil selaku pembina), Kepala Puskesmas beserta staf
Puskesmas, Pemerintah Desa, Koordinator Wilayah Dinas Pendidikan, Dinas
Pertanian, PPKB, dan KUA kecamatan Sukorame. Pembentukan tim stunting ini
didasarkan pada Surat Keputusan Camat Sukorame.
b.
Pembentukan Kader Jupanting (Juru Pantau Stunting)
Pembentukan Kader Jupanting ini dilakukan di setiap dusun
di Wilayah Kerja Puskesmas Sukorame sebagai ujung tombak usaha pencegahan dan
penanggulangan stunting. Selanjutnya Kader Jupanting dididik dan dilatih agar
dapat menekan angka stunting. Pendidikan dan pelatihan kader Jupanting ini
dilakukan melalui kegiatan Refreshing Kader yang berisi tentang cara melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan, pelatihan Emo demo, dan pelatihan
Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA).
c.
Pendataan balita stunting
by name by adress
Pendataan balita stunting didasarkan pada data dari
puskesmas dan dilanjutkan dengan
kunjungan ke rumah balita stunting untuk dilakukan wawancara audit stunting. Wawancara ini bertujuan untuk
mengetahu penyebab stunting dan menentukan intervensi yang tepat untuk
penanggulangan stunting.
d. Pemberian PMT Pemulihan untuk
balita gizi kurang dan ibu hamil KEK
Pemberian makanan tambahan dibagikan untuk memperbaiki status gizi balita
dan ibu hamil. Pemberian PMT ini dilakukan
selama tiga bulan dan dilakukan monitoring dan evaluasi di
setiap bulannya.
e.
Penyuluhan stunting
dan imunisasi TT pada sasaran
Calon Pengantin
Penyuluhan ini bertujuan untuk memperhatikan status gizi
dan asupan gizi yang seimbang untuk mempersiapkan kehamilan sehingga mendapatkan
keturunan yang berkualitas. Selain
itu, pasangan catin dianjurkan imunisasi TT dan pemeriksaan laboratorium untuk screnning awal kondisi kesehatan catin .
f.
Penyuluhan stunting pada ibu hamil (Kelas Ibu hamil)
Sebagai sasaran utama dalam program 1000 hari pertama
kehidupan untuk pencegahan stunting, ibu hamil dan ibu baduta menjadi fokus
utama dalam keberhasilan intervensi stunting.
Intervensi ini meliputi penyuluhan gizi seimbang ibu hamil dan memperbaiki mitos pantangan makan
yang beredar di mayarakat, kegiatan ANC terpadu, kegiatan Poyandu rutin, serta
penyuluhan ASI dan MP ASI untuk mendukung keberhasilan ASI eksklusif.
g.
Penyuluhan Primadona Stunting
(Pemberian Makanan Dorong Penurunan Stunting) Penyuluhan Primadona Stunting merupakan
penyuluhan dengan sasaran
ibu baduta dan ibu balita terkait
pemberian makanan MP-ASI yang tepat sehingga dapat menurunkan resiko stunting. Penyuluhan
Primadona Stunting ini menggunakan media dan metode yang mudah diingat
oleh ibu baduta.
Metode penyuluhan dengan menggunakan games Tabel PRIMA.
h.
Penerapan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM)
Penerapan STBM ini bertujuan untuk memengubah perilaku
higine sanitasi masyarakat sehingga dapat berkontribusi dalam pencegahan
penularan penyakit infeksi dan pencegahan stunting. STBM ini terdiri 5 pilar diantaranya: tidak buang air
besar sembarangan, cuci tangan dengan sabun dan dengan air yang mengalir,
mengelola air minum rumah tangga, mengelola sampah rumah tangga, dan mengolah
limbah cair rumah tangga.
i.
Imunisasi Dasar
Lengkap pada balita
Imunisasi Dasar Lengkap pada balita wajib dilakukan untuk mencegah penularan penyakit menular
pada balita sehingga balita tumbuh sehat.
Imunisasi ini dilakukan di
Puskesmas dan dikoordinir oleh seorang Koordinator Imunisasi.
2.2 Analisis Sumber Daya Program Kepiting Sukorame
PARTICIPANT ANALYSIS
NO.
PERAN
KELEBIHAN
KEKURANGAN
1.
Muspika (Camat, Kapolsek, Danramil)
-
Memotivasi dan meningkatkan
komitmen semua lintas sektor dalam upaya penurunan angka stunting
-
Mendorong semua lintas sektor
untuk terlibat dalam semua program
- Mempunyai kekuatan dan kedudukan dalam
mendorong semua lintas sektor di
Kecamatan
- Waktu yang
terbatas karena kesibukan masing- masing.
2.
Kepala Puskesmas
-
Mendorong seluruh tenaga kesehatan untuk ikut
berpartisipasi dalam mendukung program stunting di sektor kesehatan
- Mempunyai kekuatan dan kedudukan dalam mendorong keterlibatan semua tenaga kesehatan
Puskesmas
- Waktu yang
terbatas karena kesibukan sebagai kepala Puskesmas.
3.
Tenaga Kesehatan Puskesmas
(bidan desa, tenaga gizi, perawat desa dan Puskesmas)
-
Mengkoordinasikan dan melaksanakan
program ke desa
-
Memberikan pelatihan kepada Kader Jupanting
- Mempunyai
pengetahuan dan keterampilan dalam
menjelaskan
-
Waktu yang
terbatas karena kesibukan
-
Koordinasi yang
-
Memberikan penyuluhan kepada
sasaran
-
Memberikan informasi dan melakukan imunisasi
-
Melakukan pendataan dan wawancara balita stunting by name by
adress
permasalahan kesehatan terutama stunting
kurang antar
tenaga kesehatan
4.
Ibu balita
-
Sasaran utama dalam pencegahan dan penanganan stunting.
-
Menyediakan makanan yang
seimbang
-
Memotivasi anak untuk makan
sesuai dengan yang disarankan
-
Menerapkan ilmu yang didapat setelah mendapat penyuluhan
-
Berperan langsung dalam mencegah stunting
-
Mempunyai kendali dalam merawat balita
-
Terbuka dalam menerima informasi
- Kurangnya
motivasi untuk ikut dalam kegiatan
5.
Ibu hamil
-
Sasaran utama dalam pencegahan dan penanganan stunting.
-
Menerapkan ilmu yang didapat setelah mendapat penyuluhan
-
Mengonsumsi makanan
yang seimbang untuk ibu hamil
- Terbuka dalam menerima informasi
-
Terpengaruh mitos pantangan makan di masyarakat
-
Kurangnya motivasi untuk
ikut dalam kegiatan
6.
Pasangan Catin
-
Sasaran utama dalam pencegahan dan penanganan stunting.
-
Menerapkan ilmu yang didapat setelah mendapat penyuluhan
-
Melakukan imunisasi TT ke Puskesmas
- Terbuka dalam menerima informasi
-
Terpengaruh mitos pantangan makan di masyarakat
-
Kurangnya
motivasi untuk
ikut dalam kegiatan
7.
Kader
-
Mendorong sasaran untuk melakukan saran dari tenaga kesehatan
-
Menjembatani kegiatan dari
puskesmas ke sasaran
-
Memotivasi sasaran untuk hadir
dalam kegiatan
-
Menerapkan materi yang telah disampaikan saat pelatihan
jupanting
- Motivasi tinggi dalam melaksanakan kegiatan
- Beberapa kader kurang koorperatif.
8.
Lintas
Sektor (Kepala Kanwil Dinas Pendidikan)
-
Bekerja sama dengan Puskesmas untuk memberikan penyuluhan
terkait pola asuh yang benar dan penerapan STBM di lingkungan sekolah
- Mempunyai
pengetahuan dan keterampilan dalam menjelaskan materi
terkait pola asuh
yang benar
-
Waktu yang
terbatas karena kesibukan
-
Koordinasi yang kurang antar
lintas sektor
9.
Lintas Sektor
(Kepala Kanwil Dinas
- Bekerja sama
dengan Puskesmas untuk
- Mempunyai
- Waktu yang
Pertanian)
memberikan penyuluhan terkait pertanian dan
penggunaan peptisida yang benar
pengetahuan dan keterampilan dalam menjelaskan materi
terkait
penggunaan
peptisida yang benar
terbatas karena kesibukan
- Koordinasi yang kurang antar lintas
sektor
10.
Lintas Sektor
(PKKB)
-
Bekerja sama dengan Puskesmas untuk memberikan penyuluhan
terkait pentingnya penggunaan KB pasca melahirkan
- Mempunyai
pengetahuan dan keterampilan dalam menjelaskan materi
terkait KB
-
Waktu yang
terbatas karena kesibukan
-
Koordinasi yang kurang antar
lintas sektor
11.
Lintas Sektor
(KUA)
-
Bekerja sama dengan Puskesmas
untuk memberikan penyuluhan terkait zat gizi yang harus dipenuhi pada
pasangan calon pengantin.
-
Berkoordinasi dengan Puskesmas
terkait data calon
pengantin untuk dilakukan penyuluhan dan imunisasi TT
- Mempunyai kewenangan dan
data terkait calon pengantin di Kecamatan
Sukorame
- Koordinasi
yang kurang karena kesibukan masing- masing lintas sektor
12.
Tokoh masyarakat dan Pemerintah Desa
- Mendukung semua kegiatan yang
dilakukan dalam rangka
menurunkan angka stunting
- Mempunyai
kedudukan di
masyarakat dan
- Waktu yang
terbatas karena kesibukan
- Meluruskan mitos yang beredar di masyarakat tentang pantangan makan
disegani oleh masyarakat
- Koordinasi
yang kurang antar lintas sektor
2.3
Hambatan dan Tantangan
dalam Pelaksanaan Program
Dalam melaksanakan program terdapat beberapa
hambatan, diantaranya:
-
Terbatasnya komunikasi antar lintas sektor karena kesibukan
masing-masing pihak.
-
Masih kurang
dukungan dan partisipasi antar lintas sektor
-
Kurangnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan
yang direncanakan.
-
Kurangnya motivasi masyarakat dan
semua lintas sektor dalam upaya
penurunan angka stunting.
2.4
Indikator Keberhasilan
Berdasarkan data bulan timbang selama
tiga tahun terakhir terdapat penurunan jumlah stunting di Kecamatan Sukorame. Jumlah stunting pada bulan Agustus
2019 adalah 113 dan pada bulan Agustus 2020 menurun menjaadi
103 balita dan pada bulan timbang Agustus 2021 menurun menjadi 88 balita. Hal
ini menunjukkan bahwa dengan adanya program inovasi Kepiting Sukorame
prevalensi stunting di Kecamatan Sukorame menurun sehingga program Kepiting
Sukorame efektif dalam penurunan stunting. Oleh karena itu perlu dilakukan
usaha keberlanjutan program Kepiting Sukorame sehingga dapat mewujudkan tujuan
Puskesmas Sukorame dalam memberantas stunting di Kecamatan Sukorame.
BAB 3 PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh
yang disebabkan kekurangan gizi kronis terutama pada masa 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK). Kondisi gagal tumbuh pada balita disebabkan oleh kurangnya asupan
gizi dalam jangka
waktu yang lama dan infeksi penyakit yang terjadi secara berulang.
Dampak stunting sangat besar karena dapat menurunkan kuaitas sumber daya
manusia dan merugikan perekonomian negara. Penyebab stunting bersifat
multifaktoral sehingga dalam penanganan stunting diperlukan komitmen dan
dukungan semua lintas sektor dan
program. Oleh karena itu, Puskesmas Sukorame membuat sebuah program inovasi
yang bernama Kepiting Sukorame (Kelompok Peduli Stunting Sukorame). Kepiting
Sukorame dibentuk untuk menurunkan angka stunting di Kecamatan Sukorame dengan
melibatkan semua lintas sektor dan program. Namun, dalam pelaksanaan masih
menemui beberapa hambatan diantaranya masih terbatasnya peran dan koordinasi
lintas sektor dalam keterlibatan program Kepiting Sukorame.
3.2
Saran
Diperlukan motivasi dan dorongan semua lintas program dan
sektor dalam upaya penurunan stunting,
Selian itu, diharapkan pemerintah kecamatan, desa, dan jajaran muspika harus memotivasi masyarakat dan lintas sektor
untuk bersama-sama dan berkoordinasi dalam penaganan stunting.
(PART 2) APA SIH HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN ?
Kewajiban Pasien1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Puskesmas
sukorame;2. Menggunakan fasilitas Puskesmas sukorame secara bertanggung jawab;3. Menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga
Kesehatan serta petugas
lainnya yang bekerja
di Puskesmas sukorame ;4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan kemampuan
dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan
yang dimilikinya;6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas sukorame dan
disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah
mendapatkan penjelasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana
terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan
dan/atau tidak mematuhi
petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk penyembuhan penyakit
atau masalah kesehatannya; dan8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan
yang diterima.9. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan kemampuan
dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;10. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan
yang dimilikinya;11. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas sukorame dan
disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah
mendapatkan penjelasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;12. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana
terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan
dan/atau tidak mematuhi
petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk penyembuhan penyakit
atau masalah kesehatannya; dan
APA SIH HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN ?
HAK PASIEN :1. Memperoleh informasi mengenai
tata tertib dan peraturan yang berlaku di Puskesmas
sukorame;2. Memperoleh informasi tentang
hak dan kewajiban
pasien;3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan
yang didapatkan;7. Memilih dokter
dan kelas
perawatan sesuai
dengan keinginannya
dan peraturan yang berlaku di Puskesmas
sukorame;8. Meminta konsultasi
tentang penyakit
yang
dideritanya kepada
dokter
lain
yang
mempunyai Surat
Izin Praktik (SIP)
baik
di
dalam
maupun
di
luar Puskesmas sukorame;9. Mendapatkan
privasi dan
kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya;10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis,
alternatif tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;11. Memberikan
persetujuan atau menolak atas tindakan
yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit
yang dideritanya;12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;13. Menjalankan
ibadah sesuai
agama atau
kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya
selama dalam perawatan
di Puskesmas sukorame;15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Puskesmas sukorame terhadap dirinya;16. Menolak pelayanan bimbingan
rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya;17. Menggugat
dan/atau menuntut
Puskesmas sukorame apabila Puskesmas sukorame diduga memberikan pelayanan yang tidak
sesuai dengan standar
baik secara perdata
ataupun pidana; dan 18. Mengeluhkan pelayanan Puskesmas sukorame yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
PROGRAM INOVASI "KEPITING SUKORAME" DI PUSKESMAS SUKORAME KABUPATEN LAMONGAN
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang disebabkan kekurangan gizi kronis terutama pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kondisi gagal tumbuh pada balita disebebakan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu lama,infeksi penyakit yang terjadi secara berulang dan pola asuh yang kurang tepat . Dampak stunting dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia dan merugikan perekonomian Negara. Tujuan Kepiting Sukorame :1. Meningkatkan komitmen Pemerintah Kecamatan dan lintas Sektor dalam menurunkan angka stunting di Kecamatan Sukorame2. Menurunkan prevalensi stunting di Kecamatan SukorameManfaat Kepiting Sukorame :1. Mencegah terjaadinya stunting pada balita2. Menurunkan pravelensi stunting3. Menemukan balita stunting sejak diniKegiatan Kepiting Sukorame :1. Pembentukan Tim Stunting2. Pembentukan Kader JUPANTING ( Juru Pantau Stunting)3. Pendataan balita stunting byname by adress4. Pemberian PMT Pemulian untuk balita gizi kurang dan ibu Hamil KEK5. Penyuluhan stunting pada ibu hamil (Kelas Ibu Hamil)6. Penyuluhan stunting dan imunisasi TT pada calon pengantin7. Penyuluhan primadona stunting (Pemberian Makanan Dorongan Penurunan Stunting)8. Penerapan STBM9. Imunisasi dasar lengkap pada BalitaLayanan Informasi Puskesmas Sukorame :Instagram : SukoramepkmYoutube : puskesmassukorameWhatshapp: 081353371715
APA ITU BIAN ?
Apa itu BIAN ? BIAN singkatan dari Bulan Imunisasi Anak Nasional adalah upaya yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2022 untuk menggenjot cakupan imunisasi rutin anak yang sempat menurun selama pandemi COVID-19.Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, terdapat 1,7 juta anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap selama pandemi COVID-19. Terbanyak di Jawa Barat, disusul Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat dan DKI Jakarta.Pemberian imunisasi terbukti melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya sehingga anak lebih sehat dan lebih produktif. Tak hanya itu, manfaat dari imunisasi juga jauh lebih besar dibandingkan dampak yang ditimbulkan di masa depan.Dalam pelaksanaan BIAN 2022 ini ada 3 strategi yang diterapkan, yaitu :Menambah 3 jenis imunisasi rutin pada anak yang sebelumnya 11 vaksin menjadi 14 vaksin. Vaksin yang ditambahkan adalah vaksin Rotavirus untuk anti diare dan vaksin PCV untuk anti pneumonia yang ditargetkan untuk anak, serta vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks yang diberikan untuk anak kelas 5 dan 6 SD untuk mencegah potensi kanker serviks saat anak menjadi dewasa.Digitalisasi data imunisasi dengan menggunakan pencatatan imunisasi secara digital yakni Aplikasi Sehat IndonesiaKu (ASIK) yang terintegrasi dengan PeduliLindungi.Imunisasi anak akan dilakukan melalui undangan di aplikasi. Sehingga Pemda maupun tenaga kesehatan sudah mengetahui anak yang belum divaksinasi.BIAN dilaksanakan selama satu bulan, bertahap di seluruh provinsi Indonesia. Tahap pertama dilaksanakan mulai Mei 2022 di seluruh provinsi di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Tahap kedua dilaksanakan mulai Agustus 2022 di seluruh provinsi di Jawa dan Bali.Terlaksananya Bulan Imunisasi Anak Nasional meliputi kegiatan imunisasi tambahan Campak Rubela dan imunisasi kejar (OPV, IPV dan DPT-HB-Hib) dengan baik dan dapat mencapai target yang diharapkan.Dengan terselenggaranya kegiatan BIAN diharapkan kekebalan masyarakat terbentuk, sehingga pada akhirnya bisa mencapai eliminasi Campak-Rubela, mempertahankan status Indonesia Bebas Polio, mempertahankan eliminasi tetanus pada ibu hamil dan bayi baru lahir serta mengendalikan penyakit difteri dan pertussis.Sumber : sehatnegeriku.kemenkes.go.id
DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MELALUI PAPSMEAR GRATIS DI PUSKESMAS SUKORAME
Bahaya Kanker serviks merupakan hal yang menakutkan bagi perempuan. Kanker serviks adalah penyebab keempat kematian terkait kanker di kalangan wanita di seluruh dunia. Banyak wanita yang akhirnya meninggal karena tidak menyadari bahwa dirinya memiliki kanker serviks, karena pada tahap awal tidak mengalami gejala apa pun. Begitu bergejala, maka kondisinya sudah berat dan sulit untuk di tolong. Kanker serviks disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV). Ketika perubahan prakanker diketahui dan diobati secara dini, maka kanker serviks dapat diatasi sebelum berkembang sepenuhnya. Kanker serviks pada tahap awal tidak menimbulkan gejala yang khas. Kanker serviks dapat dikenali pada tahap pra-kanker dengan melakukan skrining.Nah, cara terbaik untuk mendeteksi kanker serviks secara dini adalah dengan melakukan tes Pap smear. Pap smear adalah tes skrining (screening test) untuk kanker mulut rahim bisa dilakukan setahun sekali. Sel yang didapatkan dari usapan serviks atau mulut rahim pada pemeriksaan pap smear kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Setiap wanita yang sudah berhubungan seksual wajib melakukan pemeriksaan pap smear.Pada hari Selasa 26 Juli 2022 , telah terselenggara kegiatan papsmear di puskesmas sukorame dengan tema " Deteksi Dini Kanker Leher Rahim, Pemeriksaan Papsmear Gratis" yang diselenggarakan oleh YKI Kabupaten Lamongan. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat memberika edukasi yang tepat sasaran kepada para Perempuan Khusus nya di Wilayah Puskesmas Sukorame.SALAM SEHAT DARI PUSKESMAS SUKORAME :)