PUSKESMAS SUKORAME

PEDOMAN TEKNIS KEPITING SUKORAME

informasi
18 Juli 2024
1.622x dilihat
PEDOMAN TEKNIS KEPITING SUKORAME

 PEDOMAN TEKNIS KEPITING SUKORAME


BAB 1 PENDAHULUAN

 

 

 

1.1.  LatarBelakang

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang disebabkan kekurangan gizi kronis terutama pada masa 1000 HariPertama Kehidupan (HPK). Kondisi gagal tumbuh pada balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang lama dan infeksi penyakit yang terjadi secara berulang. Selain itu, kondisi gagal tumbuh juga dipengaruhi oleh polaasuh yang kurang tepat selama masa periode emas perkembangan balita yakni pada usia kurang dari lima tahun. Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2018) terdapat 30,8% anak Indonesia mengalami stunting. Hal ini menunjukkan bahwa stunting merupakanmasalahkesehatan yang harus segera ditanganikarena prevalensistunting diIndonesia masih diatas rekomendasi cut off yang ditentukan oleh WHO yakni <20%.Sedangkan, prevalensi stunting di Kecamatan Sukorame berdasarkan hasil bulan timbang Agustus 2019 sebesar 10,4%. Hasil ini mengalami penurunan jika dibandingkan data bulan timbang Februari 2019 sebesar 14,6%.

Penurunan stunting harus dilakukan sedini mungkin untuk menghindaridampak jangka panjang yakni menurunnya kualitas sumber daya manusia yang dapat merugikan perekonomian negara karena stunting dan masalah gizi lainnya berkontribusi pada hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya. Dalam upaya penurunan stunting diperlukan kerjasama lintas sektor mengingat penyebab masalah gizi termasuk stuntingadalah multifaktoral yang tidak dapat diselesaikan hanya dari sisi kesehatan saja.

Oleh karena itu, pemerintah membuat program 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) dalamrangka menurunkan stunting. Program1000 HPK initerdiridari intervensigizi sensitif dan intervensi gizi spesifik yang melibatkan berbagai lintas sektor dan pemerintah serta dukungan komitmen politik dan kebijakan. Intervensi gizi sensitif adalah intervensi yang dilakukan untuk mengatasi penyebab langsung dari sektor kesehatan. Sedangkan intervensi gizi spesifik adalah intervensi yang dilakukan untuk mengatasi penyebab tidak langsung. Intervensi spesifik inilah yang membutuhkan komitmen dan dukungan dari sektor non kesehatan. Untuk mendukung keberhasilan pemerintah dalam mengatasi stunting, maka Puskesmas sukorame membuat sebuah inovasi program yang bernama Kepiting Sukorame (Kelompok Peduli Stunting Kecamatan Sukorame). Program Kepiting Sukorame merupakan


programterpadudalammengatasistuntingyangmelibatkansemualintassektordan komitmen dari kecamatan dalam upaya penurunan stunting.

1.2  RumusanMasalah

1.2.1  BagaimanarencanaprogramKepitingSukorame?

1.2.2  Bagaimanaanalisissumberdayapada programKepitingSukorame?

1.2.3  Apasaja hambatandantantangandalampelaksanaanprogramKepitingSukorame?

 

 

1.3  Tujuan

Untukmengetahuirencanaprogram,analisissumberdaya,sertahambatandantantangan dalam pelaksanaan program Kepiting Sukorame.


BAB 2 PEMBAHASAN

 

 

2.1  RencanaProgramKepitingSukorame

2.2.1  ProgramKepitingSukorame

Kepiting Sukorame (Kelompok Peduli Stunting Sukorame) merupakan program inovasi yang dibuat oleh Puskesmas Sukorame dalam rangka menurunkan angka stunting di Kecamatan Sukorame. Program inovasi inididasarkan pada beberapa masalah terkait dengan stunting di Kecamatan Sukorame, diantaranya:

1.      Prevalensi stunting di Kecamatan Sukorame termasuk dalam 10 kecamatan dengan prevalensi tinggi di Kabupaten Lamongan. Pada tahun 2018 berdasarkan data bulan timbang Agustus, prevalensi stunting Kecamatan Sukorame mencapai 25,20% dan termasuk dalam bagian lokus stunting yang ditetapkan oleh Kabupaten Lamongan.

2.      Stunting merupakankondisigagaltumbuh yang dialamiolehbalita akibat kekurangan zat gizi kronis. Penyebab stunting bersifat multifaktoral sehingga dalam penanganan dan penurunan stunting diperlukan komitmen pemerintah dan usaha lintas sektor sehingga dibentuklah kelompok peduli stunting (Kepiting Sukorame) yang mendukung berbagai upaya dalam penurunan stunting.

3.      Dampak stunting sangat besar bersifat permanen dan sulit diperbaiki. Stunting dapat menurunkan kecerdasan dan meningkatkan resiko penyakit tidak menular di masa mendatang sehingga dalam jangka panjang stunting dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia dan merugikan perekonimian negara.

 

2.2.2  TujuanKepitingSukorame

TujuandaridibentuknyaKepitingSukorameadalah:

1.      Meningkatkan komitmen pemerintah kecamatan dan lintas sektor dalam menurunkan angka stunting di Kecamatan Sukorame

2.      MenurunkanprevalensistuntingdiKecamatanSukorame

 

 

2.2.3   Manfaatyangdiperoleh

1.        Mencegahterjadinya stuntingpadabalita.

2.        Menurunkanprevalensistunting

3.        Menemukanbalitastuntingsejakdini


2.2.4   RencanaStrategiKegiatanProgramKepitingSukorame

Dalam upaya menurunkan stunting melalui program Kepiting Sukorame, maka dibuatlah rencana strategi kegiatan Kepiting Sukorame, diantaranya:

a.       Pembentukantimstunting

Pembentukan tim stunting ini bertujuan untuk meningkatkan komitmen pemerintah danseluruhlintas sektor diKecamatanSukorame. TimStunting initerdiridariJajaran Muspika (Camat, Kapolsek, dan Danramil selaku pembina), Kepala Puskesmas beserta staf Puskesmas, Pemerintah Desa, Koordinator Wilayah Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, PPKB, dan KUA kecamatan Sukorame. Pembentukan tim stunting ini didasarkan pada Surat Keputusan Camat Sukorame.

b.      PembentukanKaderJupanting(JuruPantau Stunting)

Pembentukan Kader Jupanting ini dilakukan di setiap dusun di Wilayah Kerja Puskesmas Sukorame sebagai ujung tombak usaha pencegahan dan penanggulangan stunting. Selanjutnya Kader Jupanting dididik dan dilatih agar dapat menekan angka stunting. Pendidikan dan pelatihan kader Jupanting ini dilakukan melalui kegiatan Refreshing Kader yang berisi tentang cara melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan, pelatihan Emo demo, dan pelatihan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA).

c.       Pendataanbalitastuntingbynamebyadress

Pendataan balita stunting didasarkan pada data dari puskesmas dan dilanjutkandengan kunjungan ke rumah balita stunting untuk dilakukan wawancara auditstunting. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahu penyebab stunting dan menentukan intervensi yang tepat untuk penanggulangan stunting.

d.      PemberianPMTPemulihanuntukbalitagizikurang danibuhamil KEK

Pemberian makanantambahandibagikanuntuk memperbaikistatusgizibalita dan ibu hamil. PemberianPMT inidilakukanselama tiga bulandandilakukan monitoring dan evaluasi di setiap bulannya.

e.       Penyuluhanstunting danimunisasiTTpadasasaranCalonPengantin

Penyuluhan ini bertujuan untuk memperhatikan status gizi dan asupan gizi yang seimbang untuk mempersiapkan kehamilan sehingga mendapatkan keturunan yang berkualitas.Selain itu, pasangan catin dianjurkan imunisasi TT danpemeriksaan laboratorium untuk screnning awalkondisi kesehatan catin .

f.        Penyuluhanstuntingpadaibuhamil(KelasIbuhamil)


Sebagai sasaran utama dalam program 1000 hari pertama kehidupan untuk pencegahan stunting, ibu hamil dan ibu baduta menjadi fokus utama dalam keberhasilan intervensistunting. Intervensiini meliputipenyuluhangizi seimbang ibu hamil dan memperbaiki mitos pantangan makan yang beredar di mayarakat, kegiatan ANC terpadu, kegiatan Poyandu rutin, serta penyuluhan ASI dan MP ASI untuk mendukung keberhasilan ASI eksklusif.

g.      Penyuluhan Primadona Stunting (Pemberian Makanan Dorong Penurunan Stunting) PenyuluhanPrimadonaStuntingmerupakanpenyuluhandengansasaranibubaduta danibubalitaterkaitpemberianmakananMP-ASIyangtepatsehinggadapat menurunkanresiko stunting. PenyuluhanPrimadonaStunting inimenggunakanmedia danmetodeyangmudahdiingatolehibubaduta.Metodepenyuluhandengan menggunakan games Tabel PRIMA.

h.      PenerapanSanitasiTotalBerbasisMasyarakat(STBM)

Penerapan STBM ini bertujuan untuk memengubah perilaku higine sanitasi masyarakat sehingga dapat berkontribusi dalam pencegahan penularan penyakit infeksidanpencegahanstunting. STBM initerdiri5 pilar diantaranya: tidak buang air besar sembarangan, cuci tangan dengan sabun dan dengan air yang mengalir, mengelola air minum rumah tangga, mengelola sampah rumah tangga, dan mengolah limbah cair rumah tangga.

i.        ImunisasiDasar Lengkappadabalita

Imunisasi Dasar Lengkap pada balita wajib dilakukanuntuk mencegah penularan penyakit menular pada balita sehingga balita tumbuhsehat. Imunisasiinidilakukandi Puskesmas dan dikoordinir oleh seorang Koordinator Imunisasi.


2.2  AnalisisSumberDaya ProgramKepitingSukorame

 

PARTICIPANTANALYSIS

 

NO.

 

PERAN

KELEBIHAN

KEKURANGAN

1.

Muspika                      (Camat,                      Kapolsek, Danramil)

-          Memotivasi dan meningkatkan komitmen semua lintas sektor dalam upaya penurunanangka stunting

-          Mendorong semua lintas sektor untuk terlibat dalam semua program

-     Mempunyai kekuatan                        dan kedudukan     dalam mendorong               semua lintas      sektor                              di

Kecamatan

-  Waktu                              yang

terbatas karena kesibukan masing- masing.

2.

KepalaPuskesmas

-Mendorong seluruh tenaga kesehatan untuk ikut berpartisipasi dalam mendukung program stunting di sektor kesehatan

-     Mempunyai kekuatan                           dan kedudukan      dalam mendorong keterlibatan                  semua tenaga                  kesehatan

Puskesmas

-  Waktu                              yang

terbatas karena kesibukan sebagai kepala Puskesmas.

3.

Tenaga Kesehatan Puskesmas(bidan desa, tenaga gizi, perawat desa dan Puskesmas)

-          Mengkoordinasikandanmelaksanakan program ke desa

-          MemberikanpelatihankepadaKader Jupanting

-     Mempunyai pengetahuan                          dan keterampilandalam

menjelaskan

-          Waktu                        yang

terbatas                     karena kesibukan

-          Koordinasi                        yang


 

 

 

-          Memberikan                            penyuluhan                    kepada sasaran

-          Memberikaninformasidanmelakukan imunisasi

-          Melakukanpendataandanwawancara balita stunting by name by adress

permasalahan kesehatan                   terutama stunting

kurangantartenaga kesehatan

4.

Ibu balita

-          Sasaranutamadalampencegahandan penanganan stunting.

-          Menyediakanmakananyangseimbang

-          Memotivasianakuntukmakansesuai dengan yang disarankan

-          Menerapkanilmuyangdidapatsetelah mendapat penyuluhan

-          Berperan langsung dalam mencegah stunting

-          Mempunyai kendali dalam merawat balita

-          Terbuka dalam menerima informasi

-     Kurangnya motivasiuntukikut dalam kegiatan

5.

Ibu hamil

-          Sasaranutamadalampencegahandan penanganan stunting.

-          Menerapkanilmuyangdidapatsetelah mendapat penyuluhan

-          Mengonsumsimakananyangseimbang untuk ibu hamil

-     Terbuka                        dalam menerima informasi

-          Terpengaruh mitos pantangan makandi masyarakat

-          Kurangnya motivasiuntukikut dalam kegiatan


 

6.

PasanganCatin

-          Sasaranutamadalampencegahandan penanganan stunting.

-          Menerapkanilmuyangdidapatsetelah mendapat penyuluhan

-          MelakukanimunisasiTTkePuskesmas

-     Terbuka                        dalam menerima informasi

-          Terpengaruh mitos pantangan makandi masyarakat

-          Kurangnya

motivasiuntukikut dalam kegiatan

7.

Kader

-          Mendorongsasaranuntukmelakukan saran dari tenaga kesehatan

-          Menjembatani kegiatan dari puskesmas ke sasaran

-          Memotivasisasaranuntukhadirdalam kegiatan

-          Menerapkan                           materi                          yang                           telah disampaikan saat pelatihan jupanting

-     Motivasi                        tinggi dalammelaksanakan kegiatan

-     Beberapa                       kader kurangkoorperatif.

8.

Lintas Sektor (Kepala Kanwil Dinas Pendidikan)

-Bekerja sama dengan Puskesmas untuk memberikan penyuluhan terkait pola asuh yang benar dan penerapan STBM di lingkungan sekolah

-     Mempunyai pengetahuan       dan keterampilandalam menjelaskanmateri terkait               pola               asuh

yangbenar

-          Waktu                        yang

terbatas karena kesibukan

-          Koordinasi yang kurang antar lintas sektor

9.

LintasSektor(KepalaKanwilDinas

-     BekerjasamadenganPuskesmasuntuk

-     Mempunyai

-     Waktu      yang


 

 

Pertanian)

memberikan penyuluhan terkait pertanian dan penggunaan peptisida yang benar

pengetahuan dan keterampilan dalam menjelaskan materi terkait  penggunaan

peptisidayangbenar

terbatas                     karena kesibukan

-     Koordinasi                        yang kurangantarlintas

sektor

10.

LintasSektor(PKKB)

-Bekerja sama dengan Puskesmas untuk memberikan penyuluhan terkait pentingnya penggunaan KB pasca melahirkan

-     Mempunyai pengetahuan       dan keterampilandalam menjelaskanmateri terkait KB

-          Waktu                        yang

terbatas karena kesibukan

-          Koordinasi yang kurang antar lintas sektor

11.

LintasSektor(KUA)

-          Bekerja sama dengan Puskesmas untuk memberikan penyuluhan terkait zat gizi yang harus dipenuhi pada pasangan calon pengantin.

-          Berkoordinasi   dengan   Puskesmas

terkait data calon pengantin untuk dilakukanpenyuluhandanimunisasiTT

-     Mempunyai kewenangan        dan data           terkait           calon pengantin                       di Kecamatan Sukorame

- Koordinasi yang kurang karena kesibukan masing- masing                       lintas sektor

12.

TokohmasyarakatdanPemerintah Desa

-     Mendukung     semua                        kegiatan                      yang

dilakukandalamrangkamenurunkan angka stunting

-     Mempunyai kedudukan                           di

masyarakat                            dan

-     Waktu      yang

terbatas                     karena kesibukan


 

 

 

-     Meluruskan    mitos    yang                       beredardi masyarakat tentang pantangan makan

disegani             oleh masyarakat

- Koordinasi yang kurang antar lintas sektor


2.3  HambatandanTantangandalamPelaksanaan Program

Dalammelaksanakanprogramterdapatbeberapahambatan, diantaranya:

-          Terbatasnyakomunikasiantar lintassektorkarenakesibukanmasing-masingpihak.

-          Masihkurang dukungandanpartisipasiantarlintassektor

-          Kurangnyapartisipasimasyarakatdalammengikutikegiatanyangdirencanakan.

-          Kurangnya motivasi masyarakat dan semualintas sektor dalam upaya penurunan angka stunting.

 

2.4              IndikatorKeberhasilan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan data bulan timbang selama tiga tahun terakhir terdapat penurunan jumlah stuntingdiKecamatanSukorame. Jumlahstunting padabulanAgustus2019adalah113danpada bulan Agustus 2020 menurun menjaadi 103 balita dan pada bulan timbang Agustus 2021 menurun menjadi 88 balita. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya program inovasi Kepiting Sukorame prevalensi stunting di Kecamatan Sukorame menurun sehingga program Kepiting Sukorame efektif dalam penurunan stunting. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha keberlanjutan program Kepiting Sukorame sehingga dapat mewujudkan tujuan Puskesmas Sukorame dalam memberantas stunting di Kecamatan Sukorame.


BAB 3 PENUTUP

 

 

 

3.1         Kesimpulan

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang disebabkan kekurangan gizi kronis terutama pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kondisi gagal tumbuh pada balita disebabkanolehkurangnyaasupangizidalamjangkawaktuyang lamadaninfeksipenyakit yang terjadi secara berulang. Dampak stunting sangat besar karena dapat menurunkan kuaitas sumber daya manusia dan merugikan perekonomian negara. Penyebab stunting bersifat multifaktoral sehingga dalam penanganan stunting diperlukan komitmen dan dukungan semua lintas sektordan program. Oleh karena itu, Puskesmas Sukorame membuat sebuah program inovasi yang bernama Kepiting Sukorame (Kelompok Peduli Stunting Sukorame). Kepiting Sukorame dibentuk untuk menurunkan angka stunting di Kecamatan Sukorame dengan melibatkan semua lintas sektor dan program. Namun, dalam pelaksanaan masih menemui beberapa hambatan diantaranya masih terbatasnya peran dan koordinasi lintas sektor dalam keterlibatan program Kepiting Sukorame.

 

3.2         Saran

Diperlukan motivasi dan dorongan semua lintas program dan sektor dalam upaya penurunanstunting, Selian itu, diharapkanpemerintahkecamatan, desa, dan jajaran muspika harusmemotivasimasyarakat danlintassektoruntukbersama-samadanberkoordinasidalam penaganan stunting.


 

PUSKESMAS SUKORAME KABUPATEN LAMONGAN

  • JL.RAYA SUKORAME - JOMBANG NO 53 , SUKORAME-LAMONGAN<br>
  • puskesmas-sukorame@lamongankab.go.id
  • +6281353371315
  • +6281353371315
Logo Branding Lamongan
© 2025 Puskesmas Sukorame Kabupaten Lamongan