PUSKESMAS SUKORAME - Arsip Artikel

PEDOMAN TEKNIS KEPITING SUKORAME

 PEDOMAN TEKNIS KEPITING SUKORAME BAB 1 PENDAHULUAN       1.1.  Latar Belakang Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang disebabkan kekurangan gizi kronis terutama pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kondisi gagal tumbuh pada balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang lama dan infeksi penyakit yang terjadi secara berulang. Selain itu, kondisi gagal tumbuh juga dipengaruhi oleh pola asuh yang kurang tepat selama masa periode emas perkembangan balita yakni pada usia kurang dari lima tahun. Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2018) terdapat 30,8% anak Indonesia mengalami stunting. Hal ini menunjukkan bahwa stunting merupakan masalah kesehatan yang harus segera ditangani karena prevalensi stunting di Indonesia masih diatas rekomendasi cut off yang ditentukan oleh WHO yakni <20%. Sedangkan, prevalensi stunting di Kecamatan Sukorame berdasarkan hasil bulan timbang Agustus 2019 sebesar 10,4%. Hasil ini mengalami penurunan jika dibandingkan data bulan timbang Februari 2019 sebesar 14,6%. Penurunan stunting harus dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yakni menurunnya kualitas sumber daya manusia yang dapat merugikan perekonomian negara karena stunting dan masalah gizi lainnya berkontribusi pada hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya. Dalam upaya penurunan stunting diperlukan kerjasama lintas sektor mengingat penyebab masalah gizi termasuk stunting adalah multifaktoral yang tidak dapat diselesaikan hanya dari sisi kesehatan saja. Oleh karena itu, pemerintah membuat program 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) dalam rangka menurunkan stunting. Program 1000 HPK ini terdiri dari intervensi gizi sensitif dan intervensi gizi spesifik yang melibatkan berbagai lintas sektor dan pemerintah serta dukungan komitmen politik dan kebijakan. Intervensi gizi sensitif adalah intervensi yang dilakukan untuk mengatasi penyebab langsung dari sektor kesehatan. Sedangkan intervensi gizi spesifik adalah intervensi yang dilakukan untuk mengatasi penyebab tidak langsung. Intervensi spesifik inilah yang membutuhkan komitmen dan dukungan dari sektor non kesehatan. Untuk mendukung keberhasilan pemerintah dalam mengatasi stunting, maka Puskesmas sukorame membuat sebuah inovasi program yang bernama Kepiting Sukorame (Kelompok Peduli Stunting Kecamatan Sukorame). Program Kepiting Sukorame merupakan program terpadu dalam mengatasi stunting yang melibatkan semua lintas sektor dan komitmen dari kecamatan dalam upaya penurunan stunting. 1.2  Rumusan Masalah 1.2.1  Bagaimana rencana program Kepiting Sukorame? 1.2.2  Bagaimana analisis sumber daya pada program Kepiting Sukorame? 1.2.3  Apa saja hambatan dan tantangan dalam pelaksanaan program Kepiting Sukorame?     1.3  Tujuan Untuk mengetahui rencana program, analisis sumber daya, serta hambatan dan tantangan dalam pelaksanaan program Kepiting Sukorame. BAB 2 PEMBAHASAN     2.1  Rencana Program Kepiting Sukorame 2.2.1  Program Kepiting Sukorame Kepiting Sukorame (Kelompok Peduli Stunting Sukorame) merupakan program inovasi yang dibuat oleh Puskesmas Sukorame dalam rangka menurunkan angka stunting di Kecamatan Sukorame. Program inovasi ini didasarkan pada beberapa masalah terkait dengan stunting di Kecamatan Sukorame, diantaranya: 1.      Prevalensi stunting di Kecamatan Sukorame termasuk dalam 10 kecamatan dengan prevalensi tinggi di Kabupaten Lamongan. Pada tahun 2018 berdasarkan data bulan timbang Agustus, prevalensi stunting Kecamatan Sukorame mencapai 25,20% dan termasuk dalam bagian lokus stunting yang ditetapkan oleh Kabupaten Lamongan. 2.      Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang dialami oleh balita akibat kekurangan zat gizi kronis. Penyebab stunting bersifat multifaktoral sehingga dalam penanganan dan penurunan stunting diperlukan komitmen pemerintah dan usaha lintas sektor sehingga dibentuklah kelompok peduli stunting (Kepiting Sukorame) yang mendukung berbagai upaya dalam penurunan stunting. 3.      Dampak stunting sangat besar bersifat permanen dan sulit diperbaiki. Stunting dapat menurunkan kecerdasan dan meningkatkan resiko penyakit tidak menular di masa mendatang sehingga dalam jangka panjang stunting dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia dan merugikan perekonimian negara.   2.2.2  Tujuan Kepiting Sukorame Tujuan dari dibentuknya Kepiting Sukorame adalah: 1.      Meningkatkan komitmen pemerintah kecamatan dan lintas sektor dalam menurunkan angka stunting di Kecamatan Sukorame 2.      Menurunkan prevalensi stunting di Kecamatan Sukorame     2.2.3   Manfaat yang diperoleh 1.        Mencegah terjadinya stunting pada balita. 2.        Menurunkan prevalensi stunting 3.        Menemukan balita stunting sejak dini 2.2.4   Rencana Strategi Kegiatan Program Kepiting Sukorame Dalam upaya menurunkan stunting melalui program Kepiting Sukorame, maka dibuatlah rencana strategi kegiatan Kepiting Sukorame, diantaranya: a.       Pembentukan tim stunting Pembentukan tim stunting ini bertujuan untuk meningkatkan komitmen pemerintah dan seluruh lintas sektor di Kecamatan Sukorame. Tim Stunting ini terdiri dari Jajaran Muspika (Camat, Kapolsek, dan Danramil selaku pembina), Kepala Puskesmas beserta staf Puskesmas, Pemerintah Desa, Koordinator Wilayah Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, PPKB, dan KUA kecamatan Sukorame. Pembentukan tim stunting ini didasarkan pada Surat Keputusan Camat Sukorame. b.      Pembentukan Kader Jupanting (Juru Pantau Stunting) Pembentukan Kader Jupanting ini dilakukan di setiap dusun di Wilayah Kerja Puskesmas Sukorame sebagai ujung tombak usaha pencegahan dan penanggulangan stunting. Selanjutnya Kader Jupanting dididik dan dilatih agar dapat menekan angka stunting. Pendidikan dan pelatihan kader Jupanting ini dilakukan melalui kegiatan Refreshing Kader yang berisi tentang cara melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan, pelatihan Emo demo, dan pelatihan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA). c.       Pendataan balita stunting by name by adress Pendataan balita stunting didasarkan pada data dari puskesmas dan dilanjutkan dengan kunjungan ke rumah balita stunting untuk dilakukan wawancara audit stunting. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahu penyebab stunting dan menentukan intervensi yang tepat untuk penanggulangan stunting. d.      Pemberian PMT Pemulihan untuk balita gizi kurang dan ibu hamil KEK Pemberian makanan tambahan dibagikan untuk memperbaiki status gizi balita dan ibu hamil. Pemberian PMT ini dilakukan selama tiga bulan dan dilakukan monitoring dan evaluasi di setiap bulannya. e.       Penyuluhan stunting dan imunisasi TT pada sasaran Calon Pengantin Penyuluhan ini bertujuan untuk memperhatikan status gizi dan asupan gizi yang seimbang untuk mempersiapkan kehamilan sehingga mendapatkan keturunan yang berkualitas. Selain itu, pasangan catin dianjurkan imunisasi TT dan pemeriksaan laboratorium untuk screnning awal kondisi kesehatan catin . f.        Penyuluhan stunting pada ibu hamil (Kelas Ibu hamil) Sebagai sasaran utama dalam program 1000 hari pertama kehidupan untuk pencegahan stunting, ibu hamil dan ibu baduta menjadi fokus utama dalam keberhasilan intervensi stunting. Intervensi ini meliputi penyuluhan gizi seimbang ibu hamil dan memperbaiki mitos pantangan makan yang beredar di mayarakat, kegiatan ANC terpadu, kegiatan Poyandu rutin, serta penyuluhan ASI dan MP ASI untuk mendukung keberhasilan ASI eksklusif. g.      Penyuluhan Primadona Stunting (Pemberian Makanan Dorong Penurunan Stunting) Penyuluhan Primadona Stunting merupakan penyuluhan dengan sasaran ibu baduta dan ibu balita terkait pemberian makanan MP-ASI yang tepat sehingga dapat menurunkan resiko stunting. Penyuluhan Primadona Stunting ini menggunakan media dan metode yang mudah diingat oleh ibu baduta. Metode penyuluhan dengan menggunakan games Tabel PRIMA. h.      Penerapan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Penerapan STBM ini bertujuan untuk memengubah perilaku higine sanitasi masyarakat sehingga dapat berkontribusi dalam pencegahan penularan penyakit infeksi dan pencegahan stunting. STBM ini terdiri 5 pilar diantaranya: tidak buang air besar sembarangan, cuci tangan dengan sabun dan dengan air yang mengalir, mengelola air minum rumah tangga, mengelola sampah rumah tangga, dan mengolah limbah cair rumah tangga. i.        Imunisasi Dasar Lengkap pada balita Imunisasi Dasar Lengkap pada balita wajib dilakukan untuk mencegah penularan penyakit menular pada balita sehingga balita tumbuh sehat. Imunisasi ini dilakukan di Puskesmas dan dikoordinir oleh seorang Koordinator Imunisasi. 2.2  Analisis Sumber Daya Program Kepiting Sukorame   PARTICIPANT ANALYSIS   NO.   PERAN KELEBIHAN KEKURANGAN 1. Muspika                      (Camat,                      Kapolsek, Danramil) -          Memotivasi dan meningkatkan komitmen semua lintas sektor dalam upaya penurunan angka stunting -          Mendorong semua lintas sektor untuk terlibat dalam semua program -     Mempunyai kekuatan                        dan kedudukan     dalam mendorong               semua lintas      sektor                              di Kecamatan -  Waktu                              yang terbatas karena kesibukan masing- masing. 2. Kepala Puskesmas - Mendorong seluruh tenaga kesehatan untuk ikut berpartisipasi dalam mendukung program stunting di sektor kesehatan -     Mempunyai kekuatan                           dan kedudukan      dalam mendorong keterlibatan                  semua tenaga                  kesehatan Puskesmas -  Waktu                              yang terbatas karena kesibukan sebagai kepala Puskesmas. 3. Tenaga Kesehatan Puskesmas (bidan desa, tenaga gizi, perawat desa dan Puskesmas) -          Mengkoordinasikan dan melaksanakan program ke desa -          Memberikan pelatihan kepada Kader Jupanting -     Mempunyai pengetahuan                          dan keterampilan dalam menjelaskan -          Waktu                        yang terbatas                     karena kesibukan -          Koordinasi                        yang       -          Memberikan                            penyuluhan                    kepada sasaran -          Memberikan informasi dan melakukan imunisasi -          Melakukan pendataan dan wawancara balita stunting by name by adress permasalahan kesehatan                   terutama stunting kurang antar tenaga kesehatan 4. Ibu balita -          Sasaran utama dalam pencegahan dan penanganan stunting. -          Menyediakan makanan yang seimbang -          Memotivasi anak untuk makan sesuai dengan yang disarankan -          Menerapkan ilmu yang didapat setelah mendapat penyuluhan -          Berperan langsung dalam mencegah stunting -          Mempunyai kendali dalam merawat balita -          Terbuka dalam menerima informasi -     Kurangnya motivasi untuk ikut dalam kegiatan 5. Ibu hamil -          Sasaran utama dalam pencegahan dan penanganan stunting. -          Menerapkan ilmu yang didapat setelah mendapat penyuluhan -          Mengonsumsi makanan yang seimbang untuk ibu hamil -     Terbuka                        dalam menerima informasi -          Terpengaruh mitos pantangan makan di masyarakat -          Kurangnya motivasi untuk ikut dalam kegiatan   6. Pasangan Catin -          Sasaran utama dalam pencegahan dan penanganan stunting. -          Menerapkan ilmu yang didapat setelah mendapat penyuluhan -          Melakukan imunisasi TT ke Puskesmas -     Terbuka                        dalam menerima informasi -          Terpengaruh mitos pantangan makan di masyarakat -          Kurangnya motivasi untuk ikut dalam kegiatan 7. Kader -          Mendorong sasaran untuk melakukan saran dari tenaga kesehatan -          Menjembatani kegiatan dari puskesmas ke sasaran -          Memotivasi sasaran untuk hadir dalam kegiatan -          Menerapkan                           materi                          yang                           telah disampaikan saat pelatihan jupanting -     Motivasi                        tinggi dalam melaksanakan kegiatan -     Beberapa                       kader kurang koorperatif. 8. Lintas Sektor (Kepala Kanwil Dinas Pendidikan) - Bekerja sama dengan Puskesmas untuk memberikan penyuluhan terkait pola asuh yang benar dan penerapan STBM di lingkungan sekolah -     Mempunyai pengetahuan       dan keterampilan dalam menjelaskan materi terkait               pola               asuh yang benar -          Waktu                        yang terbatas karena kesibukan -          Koordinasi yang kurang antar lintas sektor 9. Lintas Sektor (Kepala Kanwil Dinas -     Bekerja sama dengan Puskesmas untuk -     Mempunyai -     Waktu      yang     Pertanian) memberikan penyuluhan terkait pertanian dan penggunaan peptisida yang benar pengetahuan dan keterampilan dalam menjelaskan materi terkait  penggunaan peptisida yang benar terbatas                     karena kesibukan -     Koordinasi                        yang kurang antar lintas sektor 10. Lintas Sektor (PKKB) - Bekerja sama dengan Puskesmas untuk memberikan penyuluhan terkait pentingnya penggunaan KB pasca melahirkan -     Mempunyai pengetahuan       dan keterampilan dalam menjelaskan materi terkait KB -          Waktu                        yang terbatas karena kesibukan -          Koordinasi yang kurang antar lintas sektor 11. Lintas Sektor (KUA) -          Bekerja sama dengan Puskesmas untuk memberikan penyuluhan terkait zat gizi yang harus dipenuhi pada pasangan calon pengantin. -          Berkoordinasi   dengan   Puskesmas terkait data calon pengantin untuk dilakukan penyuluhan dan imunisasi TT -     Mempunyai kewenangan        dan data           terkait           calon pengantin                       di Kecamatan Sukorame - Koordinasi yang kurang karena kesibukan masing- masing                       lintas sektor 12. Tokoh masyarakat dan Pemerintah Desa -     Mendukung     semua                        kegiatan                      yang dilakukan dalam rangka menurunkan angka stunting -     Mempunyai kedudukan                           di masyarakat                            dan -     Waktu      yang terbatas                     karena kesibukan       -     Meluruskan    mitos    yang                       beredar di masyarakat tentang pantangan makan disegani             oleh masyarakat - Koordinasi yang kurang antar lintas sektor 2.3  Hambatan dan Tantangan dalam Pelaksanaan Program Dalam melaksanakan program terdapat beberapa hambatan, diantaranya: -          Terbatasnya komunikasi antar lintas sektor karena kesibukan masing-masing pihak. -          Masih kurang dukungan dan partisipasi antar lintas sektor -          Kurangnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan yang direncanakan. -          Kurangnya motivasi masyarakat dan semua lintas sektor dalam upaya penurunan angka stunting.   2.4              Indikator Keberhasilan                                         Berdasarkan data bulan timbang selama tiga tahun terakhir terdapat penurunan jumlah stunting di Kecamatan Sukorame. Jumlah stunting pada bulan Agustus 2019 adalah 113 dan pada bulan Agustus 2020 menurun menjaadi 103 balita dan pada bulan timbang Agustus 2021 menurun menjadi 88 balita. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya program inovasi Kepiting Sukorame prevalensi stunting di Kecamatan Sukorame menurun sehingga program Kepiting Sukorame efektif dalam penurunan stunting. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha keberlanjutan program Kepiting Sukorame sehingga dapat mewujudkan tujuan Puskesmas Sukorame dalam memberantas stunting di Kecamatan Sukorame. BAB 3 PENUTUP       3.1         Kesimpulan Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang disebabkan kekurangan gizi kronis terutama pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kondisi gagal tumbuh pada balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang lama dan infeksi penyakit yang terjadi secara berulang. Dampak stunting sangat besar karena dapat menurunkan kuaitas sumber daya manusia dan merugikan perekonomian negara. Penyebab stunting bersifat multifaktoral sehingga dalam penanganan stunting diperlukan komitmen dan dukungan semua lintas sektor dan program. Oleh karena itu, Puskesmas Sukorame membuat sebuah program inovasi yang bernama Kepiting Sukorame (Kelompok Peduli Stunting Sukorame). Kepiting Sukorame dibentuk untuk menurunkan angka stunting di Kecamatan Sukorame dengan melibatkan semua lintas sektor dan program. Namun, dalam pelaksanaan masih menemui beberapa hambatan diantaranya masih terbatasnya peran dan koordinasi lintas sektor dalam keterlibatan program Kepiting Sukorame.   3.2         Saran Diperlukan motivasi dan dorongan semua lintas program dan sektor dalam upaya penurunan stunting, Selian itu, diharapkan pemerintah kecamatan, desa, dan jajaran muspika harus memotivasi masyarakat dan lintas sektor untuk bersama-sama dan berkoordinasi dalam penaganan stunting.