Tentang Kami

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOEGIRI KABUPATEN LAMONGAN

PERKEMBANGAN RUMAH SAKIT UMUM
     Pada Zaman Pergerakan Nasional (1908-1945) adalah masa penuh Kesadaran dan perjuangan untuk merdeka menuju satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa di Indonesia yang lepas dan penindasan atau penjajahan imperialis Belanda dan Jepang.
        Semasa penjajahan Belanda pada tahun 1830-1870 dalam masa 40 tahun bangsa Indonesia hidup sangat sengsara karena peraturan Tanam Paksa (cultuurstelsel) yang memberi keuntungan 400.000.000 gulden kepada Belanda. Berkaitan dengan ini ada perubahan politik di negeri Belanda bahwa orang Belanda harus berterima kasih kepada bangsa Indonesia dan berupaya membalas budi yang disebut politik Etika (Etishe Politik) sebab bangsa Indonesia jauh ketinggalan dalam segala bidang dan sangat berjasa terhadap Belanda.
Upaya balas budi ini merupakan dengan bentuk pertama yaitu meringankan pajak yang rnemberatkan rakyat Indonesia, yang ke dua memperluas atau memparbaiki pendidikan dan pengajaran. Oleh sebab itu di Kabupaten (Regentschap) dibeberapa wilayah Indonesia saat itu didirikan sekolah-sekolah dasar dan sarana lainnya.

1. Rumah Sakit Wisma Yoewono
    Pada Zaman Politik Etika ini, Regentschap Lamongan didirikan Sekolah Rakyat bukan untuk mencerdaskan bangsa tetapi untuk mendapatkan pegawai kantor, pabrik, perkebunan dengan upah murah. Pendidikan Rakyat tidak boleh melebihi kebutuhan tenaga yang akan membahayakan pemerintahan Belanda. Dan mendirikan Rumah Sakit bukan untuk menyehatkan rakyat namun untuk kebutuhan buruh supaya kuat dan sehat. Transmigrasi diadakan untuk perkebunan Belanda diluar Jawa, pengairan teknis juga kebanyakan untuk kepentingan perkebunan Belanda. Selaras dengan Politik Etika ini di Regentschap Lamongan untuk kali pertama dibangun Sekolah Dasar yaitu Sekolah Angka II (Tweede Inlandsche School) di kota Lamongan tahun 1868 sekarang menjadi SDN Kepatihan. Sekolah mi satu-satunya di Kabupaten Lamongan dengan Kepala Sekolah (Mantri Guru) Ngabei Masrebi. Dalam sejarah Lamongan tercatat pemerrntahan Regentschap Lamongan dipimpin R. Adipati Djojo Dirono (1885-1908) membangun Kantor Pos Lamongan, membangun kembali Sekolah Angka II yang terbakar dan Rumah Bupati yang juga terbakar di kampung Brudin, membayar Sekolah Angka I atau HIS (Holand Islandse School) Sekolah HIS im sekarang di tempati SLTP Negeri I Lamongan, lalu mendirikan Rumah Pegadaian di Lamongan, Babat, Kedungpring dan Paciran tahuri 1901. Pada Pemerintahan R. Adipati Arjo Djojo Adinegoro (1908-1937) banyak dilakukan pembangunan antara lam mendirikan Rumah Saki Kusta di kota Lamongan, di Sukodadi, di Sambeng dan Paciran tahun 1937. Sebelumnya juga dibangun 20 sekolah Desa tahun 1916, membangun jaringan listrik kota Lamongan (Aniem) serta jaringan Air Minum dan Mantup tahun 1924, jaringan listrik tenaga disel (REC) tahun 1932, mendirikan Regentschats Rood (DPRD), membangun pasar, mengaspal jalan terminal bis, pengairan dll.
    Ketika pemerintahan R.T. Moerid Tjokronegoro (1937 — 1942) sebagai Tumenggung Lamongan maka pada tahun 1938 dibangun sebuah Rumah Sakit Darurat (Nood Hospitaal) bernama RSD Wisma Yoewono dengan peresmian yang meriah oleh Gubemur Jawa Timur Van der Plas.
Lokasi RSD Wisma Yoewono mi sekarang di jalan Dr.Wahidin Sudiro Husodo Lamongan yang ditempati Kantor Perpustakaan, Badan Pembudayaan Masyarakat oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lampngan. Sebagai Rumah Sakit Darurat pada tahun 1938-1945 belum ada dokter yang ditugasi di RSD Wisma Yoewono. Dan yang ada adalah dipimpin seorang perawat dibantu beberapa orang perawat senior dan Surabaya, dan telah ada sebuah Apotik RSD Wisma Yoewono ini memakai obat medis pada saat itu yang belum banyak ragamnya ditambah obat bubukan yang di tumbuk halus dan obat tradisional. Obat yang ada saat itu antara lain kompres air kunir, deporm, tablet kina, obat suntikan, belum ada kapsul ataupun infus.

2. Rumah Sakit Umum Lamongan
    Sejak zaman pendudukan Jepang tahun 1942 sampai berakhir tahun 1945 fungsi RSD wisma Joewono tetap tidak ada perkembangan yang berarti sebab pemerintahan Jepang mengutamakan pertahanan dan kemiliteran untuk melawan Sekutu. Namun perlu diingat nama RSD Wisma Joewono telah ditingkatkan menjadi Rumah Sakit Umum Lamonan dengan segala keterbatasan dengan dipimpim seorang Kepala Rawat dibantu 3 orang staf Apoteker, 1 orang perawat dan pembantu. Pelayanan kesehatan terhadap orang sakit, rawat jalan dan rawat map tetap dilakukan seperti biasa, pembangunan. gedung baru tidak ada, RSU Lamongan ini yang terbuat dan kayu jati. Hal ini diceritakan oleh pegawai RSU Lamongan periode zaman Jepang yang pensiun tahun 1970-an kepada penyusun buku ini antara lain Pak Soemo, Pak Mangoen Soebroto, Bu Sri, Bu Darsih.
    Rumah Sakit Umum Lamongan sejak tanggal 17 Agustus 1945 memiliki peranan juga mengalami perkembangan yang berarti dan telah memiliki kepala Rumah Sakit yaitu Dr. Paeis dari Manado (ada yang mengatakan dari Ambon) dibantu dengan tenaga apoteker dan paramedis yang jumlahnya sekitar 20 orang. Dalam tahun 1945-1950 adalah masa pengabdian RSU Lamongan yang penuh kenangan dalam masa perjuangan, masa Revolusi 1945 atau masa perang kemerdekaan. Pada tahun 1945-1947 di RSU Lamongan hanya ada seorang dokter yaitu Dr. Paeis dibantu beberapa orang perawat senior dan RSU Simpang / RSU Karangmenjangan Surabaya. Tahun 1947-1950 di RSU Lamongan ada dua dokter yaitu Dr. Paeis dan Dr. Soegiri dimana Dr. Paeis menempati rumah panggung yaitu rumah dinas dokter yang bersebelahan dengan RSU Lamongan di Kepatihan, sedangkan Dr. Soegiri menempati rumah Kepatihan sebelah selatan SDN Kepatihan saat ini. Dalam tugas selama melayani orang berobat, orang sakit, orang rawat inap, di RSU Lamongan para dokter dan paramedis (perawat) ada juga yang disibukkan menyelamatkan nyawa para pejuang RI yang luka tertembak di front depan pertempuran di Benjing, Metatu, Tandes, Pandan Pancur juga melayani penyembuhan para pejuang RI yaitu TKR / TRI / TN!, Lasykar Hisbullah, Pesindo, BPRI dli, dalam penyembuhan  banyak Dr. Paeis dan staf yang menyelamatkan para pejuang dangan meyembunyikan identitas mereka dan Belanda, maklum Dr. Paeis dan seluruh tenega madis di RSU Lamongan adalah orang “Republiken”. Pada waktu bersamaan dalam perang kemerdekaan pertama dan kedua ada pembagian tugas bahwa Dr. Soegiri ikut keluar kota bergerilya bersama tentara dan pejuang untuk meleyani kesehatan tentara dan rakyat di luar kota Lamongan. Dalam pemerintahan militer tahun 1949-1950 di Kabupaten Lamongan Dr. Soegiri telah mendapat pangkat Overste Tituler kemudian adanya Rativikasi turun menjadi Mayor Tituler TN! AD dan bergerilya disekitar sungai Solo tepatnya di kawasan Karanggeneng, Sekaran, Sungaigeneng dan sekitarnya. Dalam masa bergerilya Dr. Soegiri disertai keluarganya ikut masuk/keluar desa menyelamatkan din dan kejaran tentara Nica — Belanda, disertai para gerilyawan dan bersama R. Abdoel Hamid Soerjosepoetro Bupati Lamongan yang ikut bergerilya.
    Pada tahun 1951 setelah perang usai lalu Dr. Soegiri kembali ke RSU Lamongan tetap bersama Dr. Paeis, kemudian tahun 1952 Dr. Soegini dipindah ke RSU Karangmenjangan bertempatan di Ji. Airlangga. Pada tahun 1952 Dr. Soegiri dalam usia 49 tahun mengalami sakit di Surabaya lalu dibawa ke Kediri di rumah Ny. Soegiri (Ibu Tuti Hartati) kemudian wafat di Surabaya dan dimakamkan di makam keluarga di Purwokerto. RSU Lamongan setelah dipimpin oleh Dr. Paus maka pada tahun 1953 terjadi pergantian pimpinan dan Dr. Paus digantikan Dr. Umar Saleh, selanjutnya diganti oleh Dr. Thing Ham tahun 1958 (dokter Belanda bujangan yang pro R I dan ikut bergerilya dikabupaten Lamongan bagian utara / pantura). Pimpinan RSU Lamongan pada tahun 1962 dipegang oleh seorang dokter bujangan dari Surabaya (namanya tidak terekam / tidak terdokumentasi), hanya sebentar sampai tahun 1963, lalu pada tahun 1963 RSU Lamongan dipegang oleh Dr. Rusdi dengan dibantu oleh tiga orang dokter.
    Dalam tahun 1966 terjadi perubahan instansi RSU Lamongan dalam bidang pelayanan kesehatan di Kabupaten Lamongan, pada saat itu Dr. Rusdi menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan merangkap Kepala Rumah Sakit Umum Lamongan dengan dibantu Kepala Kantor Au Anwar, perawat S. Mangoen Soebroto, Soetopo, Sumardi dll.
    Tahun 1969 terjadi pergantian pimpinan lagi sebab Dr. Rusdi di mutasi ke Surabaya, jabatan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan di pegang oleh Dr. Suwardi Hartono (1969-1979) yang pada tahun 1969-1971 merangkap Kepala LKBN, lalu 1971-1973 merangkap BKKBN Kabupaten Lamongan. Sebagal catatan bahwa penyusun buku ini (Achmad Chambali) dalam tahun 1970-1973 menjadi staf Dr.S.Hartono di Dmas Kesehatan Kabupaten Lamongan kemudian mutasi ke BKKBN Kabupaten Lamongan sampai saat mi menjelang pensiun. Dalam tahun 1969 Kepala Rumah Sakit Umum Lamongan di jabat oleh Dr. Sanny Widjaya yang menjadi bagian dan Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan, disamping ada 6 Puskesmas pembina antara lain di Babat (Dr. Ismoehadi), di Sukodadi (Dr. S. Bowo), di Ngimbang (Dr. Soemarsono), di Lamongan (Dr. Noerlaita), di Karangbinangun (Dr. Buntoro Bunyamin), dan di Paciran. Setelah Dr. Sanny Widjaya mutasi ke Surabaya maka pada tahun 1976 di ganti oleh Dr. Soemarsono, setelah itu Dr. Soemarsono sekolah ke Strata 2 maka tahun 1981 diganti oleh Dr. Buntoro Bunyamin kemudian secara berurutan di ganti oleh Dr. Bambang Supeno, Dr. HR. Achmad Sjafi, lalu diganti Dr. H. Herry Widijanto.
    Rumah Sakit Umum Lamongan berlokasi di JI. Dr. Wahidin Sudirohusodo dipindah ke Jl. Kusuma Bangsa pada saat kepemimpinan Dr. Soemarsono dan berganti mana menjadi RSUD Dr. Soeigiri Lamongan dibawah koordinasi Kepala Dinas Kesehatan  Departeman Kesehatan Kabupaten Lamongan setelah Dr. S. Hartono lalu Dr. Ismoehadi, Dr. Djoko Wiyono, Dr.Sulistriwarso, sejak adanya otonomi daerah tahun 2002 kami RSUD Dr. Soegiri Lamongan berdiri sendiri tidak menjadi bagian dan Departeman / Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan.



3. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soegiri Lamongan
    Pembangunan RSUD Dr. Soegiri Lamongan terus berlanjut yang semula RSU Lamongan bertipe D kemudian naik menjadi tipe C dan diberi nama menjadi RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Tenaga dokter spesialis terus dilengkapi dan dokter anak, kandungan (obgyn), interne (penyakit dalam), bedah, THT, dan lain-lainnya. Untuk memenuhi tuntutan masyrakat akan ruangan perawatan yang lebih baik dan ruangan biasa yang telah ada, maka Yayasan KORPRI Kabupaten Lamongan membangun ruangan Paviliun KORPRI dibagian timur RSUD sebagai pelengkap, karena luasnya lahan maka Sekolah Perawat Kesehatan yang sebelumnya menempati gedung RSU Lamongan lama, dalam rangka pengembangan pendidikan dibangunlah gedung baru SPK (sekarang sudah menjadi AKPER Pemda Lamongan) menempati lahan sebelah selatan RSUD Dr. Soegin Lamongan.
    Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soegiri telah beberapa kali mendapatkan penghargaan baik di tingkat regional maupun nasional, diantaranya pada tahun 1988 mendapat predikat penampilan terbaik I tingkat nasional (untuk katagori RSUD tipe C). Didepan RSUD Dr. Soegiri diletakkan patung Dr. Soegiri setengah badan merupakan sumbangan keluarga Dr. Soegiri yang semula berwarna putih kemudian kini dicat berwarna hitam. Patting tersebut merupakan figure dokter pejuang, Mayor Tituler TN!- AD Dr. Soegiri bersongkok, pejuang berwajah ceria menatap masa depan menuju keamanan dan kesehatan dalam negara kesatuan Republik Indonesia.

4. Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan di Lamongan.
Untuk memperoleh gambaran keberadaan RSUD Dr. Soegiri Lamongan yang semula bernama RSD Wisma Yoewono, lalu menjadi RSU Lamongan dan yang terakhir bernama RSUD Dr. Soegiri Lamongan, maka dapat diberikan waktu dan gambaran kewenangan hirarki dalam tugas pokok dan fungsinya di Kabupaten Lamongan.

Tahun 1937  Berdiri Rurnah Sakit Kusta di Lamongan, Sukodadi, Sambeng dan Paciran
Tahun 1938Berdiri Rumah Sakit Darurat Wisma Yoewono
Tahun 1942
RSD Wisma Yoewono menjadi RSU Lamongan
Tahun 1966
Kepala RSU Lamongan dijabat rangkap oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan
Tahun 1969
Kepala Dinas Kesehatan dijabat oleh Dr.S.Hartono membawai 6 Puskesmas pembina di RSU Lamongan yang dipimpin oleh Dr. Sany Widjaya
Tahun 1986
RSU Lamongan berubah menjadi RSUD Dr. Soegiri Lamongan di bawah pimpinan seorang direktur yang bemama Dr. Soemarsono yang berada di bawah kewenangan Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan. Diresmikan pada tanggal 20 Agustus 1986 oleh Gubenur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Bapak WAHONO
Tahun 2002
RSUD Dr. Soegiri memasuki otonomi daerah yang berdiri sendiri sebagai Badan Pengelola yang dikepalai seorang Direktur (Eselon.ll) Dr.Herry Widijanto waktu itu RS Tipe.C
Tahun 2009
BPRSD Dr. Soegiri yang menjadi RSUD Dr. Soegiri Lamongan menjadi RS Tipe B Non Pendidikan  dikepalai oleh Direktu (Dr. Herry Widijanto) eselon II
Tahun 2010   
RSUD Dr. Soegiri Lamongan Sebagai SKPD yang menerapkan PPK – BLUD di kepalai oleh Pengganti Direktur (Drg Fida Nuraida,M.Kes)
Tahun 2012
RSUD Dr.Soegiri Dipimpin oleh Dr. Yuliarto Dwi Martono,MM.Kes dari SKPD Lingkungan Dinas Kesehatan yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Dinas Kesahatan Kab. Lamongan
Tahun 2017
RSUD Dipimpin Sementara Plt. Dr. Taufik Hidayat merangkap sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kab. Lamongan
Tahun 2018
Tepatnya Bulan Agustus secara definitif digantikan oleh dr. Moh. Chaidir Annas, M.MKes. Sebagai Direktur RSUD Dr. Soegiri Lamongan
Tahun 2019
Tanggal 9 Januari 2019 Menuju RS Pendidikan  dengan penandatanganan Kerja Sama Penyelenggaraan Pendidikan Profesi Dokter dengan Fakultas Kedokteran UM Surabaya
Tahun 2022Pada tanggal 5 September 2022 RSUD Dr. Soegiri Lamongan ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan Utama Untuk Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/1376/2022