PUSKESMAS TURI

Arsip Artikel

INOVASI TAS MANTRI

            TAS MANTRI (Disabilitas Mandiri Terlindungi)Pemberdayaan Caregiver Kunci Sukses HCS (Home Care Services).Juara 1 (TOP 5) SINOLLA 2022 (Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Lamongan)ABSTRAKTAS MANTRI merupakan Inovasi asli Puskesmas Turi, bertujuan meningkatkan keterampilan caregiver  dalam memberikan perawatan pasien HCS terutama disabilitas.Masalah saat ini masih belum adanya pengetahuan keterampilan caregiver dalam memberikan perawatan secara mandiri Pasien HCS terutama dengan disabilitas. Pada wilayah Turi tahun 2020-2021 terdapat 27,27% yaitu sejumlah 30 pasien disabilitas dari total 110 pasien HCS, dan terdapat 10 angka kematian pada tahun 2020-2021 sedangkan sebelum adanya inovasi TAS MANTRI belum ada pelatihan caregiver pada 19 desa dengan jumlah 110 caregiver (0%). Setelah inovasi TAS MANTRI terdapat 10  dari 19 desa yang sudah dilakukan pelatihan caregiver di. Beberapa desa tersebut memiliki akses yang cukup jauh dari fasyankes dan adanya bencana banjir. Jumlah caregiver yang sudah dilakukan pelatihan rutin tahun 2021 meningkat sejumlah 63,63% (70 caregiver) dari total 110 caregiver.Hasil survey Kepuasan Masyarakat didapatkan hasil kepuasan terhadap keterampilan caregiver 73% dan kepuasan terhadap layanan caregiver  64%. Dapat ditarik kesimpulan bahwa inovasi TAS MANTRI jika dilaksanakan dengan baik, akan berpengaruh signifikan dalam meningkatkan kapasitas pengetahuan dan keterampilan caregiver  dalam memberikan perawatan pasien HCS terutama dengan disabilitas sehingga meningkatkan kesejahteraan kesehatan.IDE INOVATIF Berawal dari keprihatinan pasien disabilitas yang kurang berdaya dalam memenuhi kebutuhan sehari hari serta kepentingan kesehatan memacu Puskesmas Turi berupaya untuk mengatasi ketidakberdayaan pada pasien disabilitas dengan membentuk inovasi TAS MANTRI. Inovasi TAS MANTRI (Disabilitas Aman Terlindungi)  mempunyai tujuan utama yaitu meningkatkan kualitas hidup difabel (disabilitas) dengan cara memberikan kemampuan tambahan berupa pelatihan, kepada tetangga atau keluarga sebagai caregiver . Inovasi TAS MANTRI Puskesmas Turi adalah Original dan pertama di Lamongan. Langkah strategis dalam inovasi ini murni dari kearifan dan sumber daya lokal Istilah Caregiver secara bahasa bisa diartikan sebagai “pemberi perhatian”. Khusus dalam konteks keperawatan, Caregiver adalah orang yang memberikan perhatian dan perawatan bagi orang lain. Pada wilayah Turi tahun 2020-2021 terdapat 110 pasien dengan keterbatasan aktifitas yang dilakukan kunjungan rumah sesuai dengan program kerja Kepala daerah Kabupaten Lamongan atau disebut dengan HCS (Homecare Services) , diantaranya terdapat 30 pasien disabilitas fisik.  Seperti yang kita ketahui, pasien disabilitas memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain baik keluarga, layanan profesional maupun tetangga terdekat.  Berdasarkan latar belakang tersebut, Puskesmas Turi membentuk  Inovasi TAS MANTRI (Disabilitas Mandiri Terlindungi) dengan memberdayakan keluarga atau tetangga terdekat sebagai Caregiver .Tujuan inovasi ini tentu saja untuk meningkatkan kualitas hidup pasien disabilitas, Caregiver dapat membantu kebutuhan sehari hari, sampai keperluan kesehatan , misal ; Tanda vital kesehatan, Obat obatan dasar, kepatuhan minum obat bila ada indikasi, sampai keperluan rujukan bila dibutuhkan.Karena keluarga atau masyarakat sekitar masih awam terhadap layanan kesehatan, maka Puskesmas Turi hadir untuk memberikan  berbagai macam pelatihan. Kegiatan inovasi ini ditunjang oleh dukungan Lintas Sektor, Tenaga Kesehatan Puskesmas Turi sampai Tenaga kesehatan desa serta membangun Hubungan yang baik dari keluarga atau tetangga yang menjadi Caregiver.Inovasi TAS MANTRI merupakan terobosan luar biasa karena dalam pelaksanaannya mampu mendorong masyarakat untuk terlibat langsung dalam pembangunan kesehatan sebagai caregiver pasien disabilitas, dengan harapan pasien disabilitas dapat diperhatikan kualitas kesehatannya, kepatuhan minum obatnya serta kiat-kiat penanganan cepat ketika dalam kondisi sakit. Caregiver pasien disabilitas yang sehat dan produktif dapat menjadi agen perubahan karena mempunyai akses yang lebih banyak dengan masyarakat. Mereka mudah berinteraksi dalam menjalankan tugasnya, sehingga langkah inovasi ini efisien.  Inovasi TAS MANTRI merupakan solusi alternatif dari tingginya kasus pasien disabilitas di kecamatan Turi dan rendahnya pengetahuan para caregiver disabilitas tentang cara perawatan mandiri pasien disabilitas dirumah.SIGNIFIKANSIUntuk menentukan langkah strategis, terlebih dahulu menganalisis penyebab domain dari masalah kasus pasien disabilitas di wilayah Kecamatan Turi Langkah strategis dalam inovasi TAS MANTRI adalah :Belum ada pelatihan khusus caregiver pasien disabilitasBelum ada sarana prasarana khusus untuk pasien disabilitasBelum ada wadah dan komunitas khusus dalam memberikan perawatan mandiri pasien disabilitas. Komunikasi tidak efektif Dari penyebab domain di atas maka langkah strategis yang dilakukan adalah:Bekerja sama dengan keluarga atau pendamping pasien disabilitas, lintas sektor, aparatur desa, tokoh pemuda untuk berkomitmen bersama dalam memberikan perawatan pasien disabilitas.Melakukan survey lapangan untuk menentukan rumah pasien dan menunjuk Caregiver nya, sebelumnya dilakukan informed concern kepada pasien.Memberikan petunjuk teknis tentang tugas sebagai caregiver serta cara mengisi buku kontrol bulanan Memasukkan caregiver kedalam group wa Memberikan pelatihan  pada caregiver   setiap 1 tahun sekaliSiap mengkoordinir pembelian alat-alat kesehatan sesuai indikasi dengan dana bantuan dari desa.Menjalin komunikasi yang efektif melalui media socialDalam aspek sosial, inisiatif TAS MANTRI telah mampu menciptakan wadah kepedulian yang kuat sekaligus kemampuan penatalaksanaan secara tepat. Semuanya dilakukan demi pemberdayaan care giver sebagai kunci sukses HCS. Inovasi ini telah menciptakan sesuatu yang baru yaitu dengan peran caregiver dan LINSEK sebagai ujung tombak dari mereka, informasi tersebut dikoordinasikan dengan puskesmas. Dalam aspek ekonomi, inisiatif telah berhasil memberdayakan masyarakat terutama pada keluarga yang terdapat pasien disabilitas yang memerlukan pengobatan dan perawatan setiap hari bisa dilakukan perawatan oleh  masing-masing caregiver dirumah, meliputi kebutuhan sehari-hari dan bagi caregiver yang sudah terlatih bisa peka terhadap kebutuhan kesehatan pasien disabilitas, contohnya tanda vital, kepatuhan minum obat dan kebutuhan rujukan. Melakukan optimalisasi alat yang telah disediakan oleh lintas sektor. Inovasi ini akan terus berlanjut karena mendapatkan dukungan penuh dari Linsek dan masyarakat.Evaluasi dilakukan setiap akhir bulan melalui lokakarya internal Puskesmas.dengan mengumpulkan semua bidan desa, dan evaluasi dengan para LINSEK 3 bulan sekali, evaluasi dengan caregiver 1 tahun sekali. Bertempat dipuskesmas dan dipimpin langsung oleh kepala puskesmas. Agendanya,meminta laporan dari tiap pertemuan dan hasil kegiatan termasuk keberhasilan dan hambatan yang terjadi.Hasil lokakarya internal kemudian dibawa oleh kepala Puskesmas ke forum eksternal tingkat kecamatan, dipimpin oleh Camat dengan mengundang Kepala desa, Polisi, BABINKANTIB desa. Dalam evaluasi tersebut, dibahas tuntas segala perkembangan dan hambatan dilapangan, sekaligus solusinya. Hasilnya dibawa untuk bahan evaluasi ditingkat kabupaten.Adapun indikator-indikator dalam pencapaian inovasi TAS MANTRI ini adalah:Dilakukan pelatihan dan evaluasi caregiver dalam 1 tahun sekaliAdanya buku kontrol perawatan pasien HCS terutama disabilitasPemantauan buku kontrol perawatan pasien HCS terutama disabilitas dilakukan 1 bulan sekali. PJ desa melakukan pendampingan setiap kali dibutuhkan oleh caregiver Keaktifan BABINKANTIB (KORAMIL) sebagai keamanan ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sebelum adanya inovasi TAS MANTRI belum ada pelatihan caregiver pada 19 desa dengan jumlah 110 caregiver (0%), setelah inovasi TAS MANTRI terdapat 10  dari 19 desa yang sudah dilakukan pelatihan caregiver di wilayah Turi. Beberapa desa tersebut memiliki akses yang cukup jauh dari fasyankes dan adanya bencana banjir. Jumlah caregiver yang sudah dilakukan pelatihan rutin tahun 2021 meningkat sejumlah 63,63% (70 caregiver) dari total 110 caregiver.  TAS MANTRI melahirkan komunitas masyarakat para caregiver dan LINSEK setempat yang bertugas memantau dan melakukan perawatan HCS terutama pasien disabilitas secara mandiri dirumahHasil survey Kepuasan Masyarakat terhadap efektifitas inovasi TAS MANTRI didapatkan hasil kepuasan terhadap keterampilan caregiver sejumlah 73%, Kepuasan pasien disabilitas terhadap keterampilan caregiver sejumlah 64%.Dapat ditarik kesimpulan bahwa inovasi TAS MANTRI jika dilaksanakan dengan baik, akan berpengaruh dalam meningkatkatkan keterampilan caregiver  dalam memberikan perawatan pasien HCS terutama dengan disabilitas sehingga meningkatkan kesejahteraan kesehatan. ADABTABILITASProgram inovasi TAS MANTRI sangat mudah dipindahkan, ditransfer, dan diadaptasi karena hanya membutuhkan pelatihan caregiver rutin dalam perawatan mandiri pasien disabilitas dirumah dan mengkoordinir pembelian alat-alat kesehatan yang dibutuhkan.Peran aktif para caregiver diharapkan mampu membuat pasien disabilitas menjadi mandiri dan berdaya dalam kehidupan sehari-hari untuk memperbaiki kualitas kesehatannya. Karena TAS MANTRI mengedepankan unsur pemberdayaan masyarakat, maka inovasi ini sangat layak untuk diadopsi dan diaplikasikan di seluruh wilayah Kabupaten Lamongan.KEBERLANJUTANAgar inovasi TAS MANTRI tetap berkelanjutan, maka langkah strategis yang ditetapkan adalah:Menjaga komitmen bersama antara caregiver, PJ desa dan petugas puskesmas.Menjaga komitmen bersama antar Lintas Sektor tiap 3 bulan sekali.Melakukan Pertemuan rutin tiap tahun, sekaligus memberikan pelatihan dan refresh ilmu bagi Caregiver, Oleh programmer PERKESMAS Puskesmas TuriPemantauan terkait perawatan alat-alat kesehatan secara rutin.Melakukan monitoring ketersediaan alat kesehatan yang dibutuhkan di desa tersebut. Melaporkan melalui Whastapp Group setiap kasus pasien disabilitas yang membutuhkan konsultasi.Mengalokasikan penganggaran TAS MANTRI pada keuangan puskesmas setiap tahun melalui dana Bantuan Operasional Puskesmas (BOK)Sumber DanaAnggaran Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) 5.000.000/tahun.Swadaya Masyarakat 500.000/tahun Pembelian alat-alat kesehatan tensimeter elektrik 500.000 dan thermometer seharga 50.000 untuk acara penyuluhan dan pelatihan caregiver.SDM110 caregiver, 19 Bidan Desa, , 1 Programer PERKESMAS, 19  Polisi desaPenunjang15 Mobil Sehat

Selengkapnya
INOVASI HAJI SHAR'I

HAJI SHAR’I(Jama’ah Haji Sehat, Handal, Aman, Bugar dan Istito’ah)Juara Harapan 2 Kompetisi Kelompok Budaya Kerja (KBK) Propinsi Jawa Timur 2019Juara 1 (TOP 5) SINOLLA 2020 (Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Lamongan)ABSTRAK HAJI SHAR’I (Jama'ah Haji Sehat, Handal, Aman, bugaR dan Istito'ah) merupakan program Inovasi Puskesmas Turi Kabupaten Lamongan.  tujuannya adalah menyiapkan calon jama'ah haji di wilayah Kecamatan Turi menjadi Istito'ah sejak tiga tahun sebelum keberangkatan. Problem yang dihadapi saat ini adalah masih banyaknya calon jama'ah Haji dengan resiko tinggi baik resiko tinggi penyakit maupun usia yang mencapai 60%. Tingkat kebugaran fisik 33% dan angka Istito'ah 85%. hal ini diakibatkan kurangnya pembinaan secara dini yang berakibat calon jama'ah haji gagal berangkat, belum tervaksinasi, menderita gangguan penyakit bahkan kematian. permasalahan ini apabila tidak dicarikan solusinya maka akan menjadikan problem musiman yang berlangsung terus-menerus setiap tahun. Untuk mengatasi masalah di atas Puskesmas Turi berupaya untuk meningkatkan pembinaan jamaah haji melalui inovasi HAJI SHAR’I yang berupaya menjadikan jama'ah haji menjadi Sehat, handal, Aman, Bugar dan Istito'ah.Bentuk kegiatan layanan HAJI SHAR’I adalah 1) Manasik Kesehatan Haji, 2) Posyandu Haji, 3) Club Bugar Haji, 4) Home Care jama’ah Resti, 5) WAG haji (Whats App Grup Haji Shar’i). Setelah dilakukan inovasi dengan Haji Shar'i, didapatkan hasil pengetahuan jama'ah haji tentang kesehatan meningkat, pelayanan kesehatan menjadi maksimal, kebugaran fisik meningkat dan terkontrol, faktor resiko tinggi derdeteksi dan terpantau, komunikasi menjadi efektif. Hasil evaluasi menggunakan survey ilmiah dengan pendekatan Pre and Post test didapatkan hasil angka resiko tinggi turun menjadi 8%, tingkat kebugaran fisik meningkat menjadi 93%, dan angka Istito'ah mencapai 100%. Hasil uji Wilcoxon test didapatkan hasil nilai p=0,001 yang bermakna signifikan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa inovasi haji Shar'i berpengaruh signifikan dalam menurunkan angka resiko tinggi, meningkatkan kebugaran fisik dan meningkatkan angka istito'ah calon jamah haji. TUJUAN INOVASI Indonesia merupakan negara terbesar yang mengirimkan jemaah haji jika dibandingkan dengan negara lainnya di dunia, hamper setiap tahun sekitar 60 s/d 67% dari total Jemaah haji adalah tergolong kelompok Risiko tinggi (Risti). Penyakit degeneratif, metabolik dan kronis masih mendominasi sebagai penyakit yang dideritaoleh Jemaah haji dengan usia lanjut. Sedangkan disisi lain penetapan istithaah sebagai salahsatusyaratpemberangkatan Jemaah haji.(permenkes nomor 15 tahun 2016) Berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan kesehatan haji di kabupaten Lamongan tahun 2018, telah ditemukan beberapa permasalahan diantaranya insiden kematian jamaah haji 4 orang, masih adanya CJH tidak istithaah/ tidak istithaah sementara, CJH yang belum divaksinasi. Dengan kondisi kesehatan Jemaah haji yang bersifat dinamis, untuk itu diperlukan upaya meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan Jemaah haji agar tetap memenuhi syarat istithaah kesehatan sampai menjelang keberangkatan melalui pembinaan kesehatan haji berkesinambungan secara terintegrasi dengan program kesehatan melalui pendekatan keluarga Jemaah haji dan penguatan pemberdayaan masyarakat. Dan program tersebut  bertema “HAJI SHAR’I” dengan tujuan meningkatkan dan mempertahankan kapasitas derajat kesehatan calon jemaah haji untuk mencapai istithaah kesehatan.SIGNIFIKANSI Upaya pelayanan kesehatan jama’ah haji sudah dilaksanakan, akan tetapi faktanya angka resiko tinggi masih signifikan sekitar 60%, hal ini diakibatkan pembinaan kesehatan tidak dilaksanakan sedini mungkin. Upaya mengatasi masalah tersebut diperlukan sebuah kegiatan yang masiv, terstruktur, komprehensip berbasis kelompok masyarakat (KBIH) yang menjamin jama’ah haji menjadi istito’ah. Inovasi HAJI SHAR’I hadir untuk memberikan layanan jemput bola dengan mengoptimalkan peran KBIH  dan jama’ah haji yang selama ini masih terabaikan. Inovasi Haji Shar’ai dirasa sangat efektif sebagai alat dalam meningkatkan derajat kesehatan jama’ah haji menuju istito’ah. untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan jama’ah tentang kesehatan melalui Manasik Kesehatan haji. Jama’ah resiko tinggi baik penyakit dan usia akan terdeteksi sedini mungkin sehingga akan lebih muda memberikan penanganan dan pengobatan melalui upaya Posyandu Haji. Kesiapan kesehatan dan kebugaran jama’ah haji bisa diupayakan semaksimal mungkin dengan latihan dan pembinaan kebugaran fisik memalui upaya Club Bugar Haji. Perlunya jemput bola dalam memantauan jama’ah resiko tinggi model Home Care oleh Nakes desa menjadikan jama’ah resiko tinggi menjadi terkontrol. Komunikasi antara jama’ah dengan petugas akan lebih efektif dengan media sosial melalui upaya WAG haji.KEUNIKANInovasi HAJI SHAR’I solusi menyeluruh  dari masalah kesehatan haji di Kabupaten Lamongan dan  mungkin di Indonesia. Kegiatan ini lebih menitikberatkan pada peran masyarakat melalui KBIH dan Calon Jama’ah Haji.Bentuk kegiatan Haji Shar'i adalah:Manasik Kesehatan Haji; Peningkatan pengetahuan kesehatan pada jama’ah dilaksanakan 2 kali setahun.Posyandu Haji; berupa Pemeriksaan kesehatan, penunjang, antropometri, pengobatan, konsultasi serta Health Education dilaksanakan di KBIH 1 bulan sekali.Club Bugar Haji; Peningkatan kebugaran dengan kegiatan, senam haji, Fun Game, Rockport Methode, dilaksanakan 2 minggu sekali.Home Care jama’ah RestiWAG Haji Shar'i; Grup Whatsapp untuk komunikasi yang efektif.Inovasi HAJI SHAR’I asli dari Puskesmas Turi Kabupaten Lamongan  yang dilatarbelakangi dari keprihatinan  karena banyaknya jama’ah hajinya yang meninggal dunia di tanah suci karena sakit. hal ini dikarenakan pembinaan kesehatan jama’ah haji selama ini kurang maksimal dan resiko tinggi penyakit kurang terdeteksi sedini mungkin. Kebugaran fisik jama'ah haji juga kurang terbina sehingga saat melalukan aktifitas di tanah suci sangat sekali rentan terhadap penyakit. Puskesmas Turi Kabupaten Lamongan akhirnya mempunyai gagasan untuk menurunkan angka resiko tinggi pada jama'ah haji dan  menjadikan jama’ah haji 100% Istito’ah dan bebas meninggal dunia melalui Inovasi HAJI SHAR’I dengan menitikberatkan pembinaan sebelum 3 tahun keberangkatan.TRANSFERABILITASProgram inovasi HAJI SHAR’I sangat mudah direplikasi, ditranfer, dan diadaptasi karena hanya mengandalkan komunikasi yang intens dengan jama’ah dan KBIH serta low cost. Jama’ah dan KBIH sangat apresiatif dan ikut berperan aktif dalam seluruh kegiatan. Puskesmas mempunyai tenaga Pembina, sarana prasarana, jama’ah serta dukungan KBIH, sehingga inovasi ini sangat mudah untuk ditransfer dan diaplikasikan di puskesmas lainnya.  Inovasi ini telah mendapatkan apresiasi dari Pemerintah propinsi Jawa Timur melalui KBK (Kompetisi Budaya Kerja) dengan predikat Juara Harapan 2 tahun 2019,  sehingga layak untuk diaplikasikan di selurh puskesmas se-Kabupaten Lamongan bahkan seluruh Jawa Timur.SUMBER DAYA DAN DANASumber Daya ManusiaPuskesmas Turi Kabupaten Lamongan:Kapus, Tim Pembina Kesehatan Haji, ProgramerTim Pembina Haji Kecamatan TuriDokter, Perawat, Ahli Gizi, Promkes, Kesehatan olahragaTim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) Puskesmas TuriKBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji)Persaudaraan Haji Kecamatan Turi (organisasi masyarakat)Pendanaan Anggaran BOK Rp.2.500.000 (2018-2019), dan pembiayaan swadaya masyarakat + Rp. 1.000.000/Tahun (KBIH) direalisasikan dalam bentuk:Manasik Kesehatan HajiKegiatan Club Bugar HajiHoma Care jama’ah RestiMonevKEBERLANJUTANProgram inovasi HAJI SHAR’I merupakan program yang terus berkelanjutan dan tidak boleh berhenti untuk itu penanganannya harus berbasis jama’ah dan KBIH. karena semua telah menyadari pembinaan jama’ah haji itu harus berkesinambungan melalui kegiatan manasik kesehatan haji, pelayanan kesehatan haji, Home Care jama’ah Resti, serta peningkatan kebugaran haji diharapkan status keseluruhan jama’ah haji di Kecamatan Turi menjadi istito’ah 100%. Di Kecamatan Turi telah dilaksanakan kegiatan manasik kesehatan haji 2 kali setahun, pelayanan kesehatan di KBIH setiap bulan dan kegiatan kebugaran haji 2 kali seminggu. Komunikasi dengan jama’ah serta pemberian informasi kesehatan telah dilaksanakan melalui media Whatsapp Grup. Calon jama’ah haji 3 tahun sebelum keberangkatan sudah diikutsertakan dalam kegiatan HAJI SHAR’I, sehingga derajat kesehatannya bisa dideteksi sedini mungkin dan memudahkan untuk penanganan kesehatan selanjutnya sehingga status jama’ah resiko tingi bisa dikendalikan dan status Istito’ah sangat mudah dicapai. Dengan status istito’ah, jama’ah haji akan dengan mudah melakukan aktifitas haji di tanah suci dan terhindar dari gangguan kesehatan.DAMPAK INOVASIDengan diterapkannya Program inovasi “HAJI SHAR’I” semakin mempermudah dalam penanganan Kesehatan jama’ah haji. Dengan kondisi jama’ah yang sudah memahami pentingnya Kesehatan haji, upaya memantau dan evaluasi menjadi lebih mudah diantaranya :Manasik kesehatan haji telah rutin dilaksanakan 4 kali setahunPelayanan kesehatan haji di KBIH telah dilaksanakan 1 bulan sekaliHome Care jama’ah Resti telah dilaksanakan dengan frekwensi sesuai kondisi jama’ahClub Bugar Haji telah berkegiatan 2 kali semingguMonitoring dan Evaluasi oleh tim Pembina Jama’ah Haji (TPJH) Kecamatan Turi.Monitoring dan Evaluasi oleh tim Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan.EVALUASIAdapun indikator-indikator dalam pencapaian inovasi HAJI SHAR’I ini adalah:Frekwensi Manasik Kesehatan Haji 4 kali setahunFrekwensi kunjungan pelayanan kesehatan di KBIH 1bulan sekaliFrekwensi Home Care jama’ah Resti 95%Frekwensi kegiatan Club Bugar Haji 2 minggu sekaliJumlah peserta kegiiatan 90% Jumlah jama’ah Resti < 20% Anggota Whatsapp Grup 100%Sebelum inovasi angka jama'ah haji resiko tinggi mencapai 65%. tingkat kebugaran fisik hanya 33%, Angka Istito'ah 87%. setelah dilakukan inovasi angka resiko tinggi turun menjadi 8%, tingkat kebugaran fisik meningkat menjadi 93%, dan angka Istito'ah mencapai 100%. Pemantauan progres inovasi menggunakan Survey ilmiah dengan metodologi Pre and Post test menggunakan uji statistik Wilcoxon test, hasil nilai p=0,001 dengan kesimpulan inovasi haji Shar'i berpengaruh signifikan dalam menurunkan angka resiko tinggi, meningkatkan kebugaran fisik dan meningkatkan angka istito'ah calon jamah haji.

Selengkapnya
PRESTASI PUSKESMAS TURI

EDY SASMITO, S.Kep, Ns. (PERAWAT)Juara 2 Nakes Teladan (Perawat) Propinsi Jawa Timur Tahun 2021INOVASI HAJI SHAR’IJuara 1 SINOLLA (Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Lamongan) Tahun 2019INOVASI TAS MANTRIJuara 1 SINOLLA (Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Lamongan) Tahun 2022INOVASI HAJI SHAR’IJuara Harapan II Kompetisi Budaya Kerja (KBK) Propinsi jawa Timur Tahun 2018INOVASI MANJA PAPAKUTOP 15 SINOLLA (Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Lamongan) Tahun 2022KBK. KEMBANG TURIKelompok Budaya Kerja Terbaik Kabupaten Lamongan tahun 2019Puskesmas Inovatif Covid-19 Kabupaten Lamongan Tahun 2020Puskesmas Dengan Posyandu Remaja Terbaik Kabupaten Lamongan Tahun 2021ABD. KHOLIQ, S.Kep, Ns.Juara 1 Perawat Ponkesdes Kabupaten Lamongan Tahun 2019ESTI WULANDARI, STP,S.Gz.Juara 1 Nakes Teladan (Gizi) Kabupaten Lamongan Tahun 2019Juara 1 Puskesmas Bersih dan Sehat Kabupaten Lamongan Tahun 2019Apresiasi Bupati Lamongan untuk Kontribusi Penanganan Covid-19

Selengkapnya
INOVASI MANJA PAPAKU

MANJA PAPAKU(Memandikan Jenazah Tanpa Dipangku)#Cegah Transmisi penularan Covid-19 pada Modin Jenazah Top 15 SINOLLA 2021 (Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Lamongan)ABSTRAKMANJA PAPAKU  (Memandikan Jenazah Tanpa di Pangku) merupakan program Inovasi yang bertujuan meningkatkan kemampuan Modin Jenazah dalam memandikan jenazah pada kasus penyakit menular terutama Covid-19.Problem saat ini masih banyaknya cara memandikan jenazah dengan dipangku tanpa menggunakan APD, sedangkan diwilayah kecamatan turi termasuk dalam kategori angka kasus Covid-19 tertinggi dikabupaten Lamongan. Selamaini pasien dengan Covid-19 yang meninggal hampir semua dilakukan pemandianj enazah di rumah sakit. Hal ini karena modin jenazah tidak berani memadikan karena takut tertular dan tidak tau cara memandikan jenazah yang aman sesuai standart kesehatan. Puskesmas Turi berupaya untuk membina dan meningkatkan kemampuan modin jenazah untuk bisa memandikan jenazah dengan penyakit menular terutama Covid-19 secara aman tanpa dipangku, menggunakan APD yang standart,saniter melalui inovasi MANJA PAPAKU. Setelah dilakukan inovasi dengan MANJA PAPAKU, didapatkan hasil terlatihny Bapak Ibu mudin jenazah di wilayah kecamatan turi hingga 95%, dan pengadaan APD Pemandian jenazah disetiap desa meningkat menjadi 77%. Hal positif yang didapatkan 1) Pemahaman Bapak Ibu mudin tentang pemandian jenazah pada penyakit menular terutama Covid-19 , 2) mempermudah dalam pembelian APD dan Bak mandi jenazah bagi desa yang ada di wilayah kecamatan turi,  3) memandikan jenazah dengan aman tanpa rasa khawatir akan tertular 4) Partisipasi LINSEK dan Para mudin jenazah dalam memberikan penanganan akan semakin tanggap dan cepat sehingga tidak ada lagi penolakan jenazah dengan kasus Covid-19)Hasil survey ilmiah tentang efektifitas inovasi MANJA PAPAKU terhadap resiko transmisi penyakit menular khususnya Covid-19 pada pada modin jenazah dengan metodologi Cross Sectional  dengan pendekatan Corelational didapatkan hasil peningkatan kapasitas Modin Jenazah meningkat menjadi 86%, praktik memandikan jenazah model Tanpa Dipangku menjadi 82%, tingkat kepuasan masyarakat meningkat menjadi 93%, penularan infeksi penyakit dari proses pemulasaraan jenazah menjadi 0%. Hasil uji Spearman Rho didapatkan hasil nilai α=0,001 yang bermakna signifikan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa inovasi MANJA PAPAKU jika dilaksanakan dengan baik, akan berpengaruh signifikan dalam meningkatkan kapasitas Moden Jenazah serta menurunkan resiko Transmisi Infeksi penyakit menular dari Jenazah khususnya jenazah Covid-19.TUJUAN INOVASIInisiatif MANJA PAPAKU mempunyai tujuan utama yaitu meningkatkan kemampuan Bapak Ibu mudin Jenazah dan menurunkan resiko Transmisi Infeksi pada Jenazah. Hal ini mendesak karena pada tahun 2019-2020 di wilayah Kecamatan Turi angka terlatihnya bapak ibu mudin jenazah  masih rendah yaitu 45% dan hanya 10 %desa yang memiliki APD diwilayah kecamatan turi, sedangkan kasus penyakit menular terus meningkat terutama  Covid-19. selama ini dalam memandikannya jenazah Covid-19 masih bergantung pada rumah sakit. Melihat fakta di atas, Puskesmas Turi tergerak untuk mengatasinya. Inovasi MANJA PAPAKU (Memandikan Jenazah Tanpa di Pangku) dibentuk untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara mengadakan pertemuan dan evaluasi rutin terhadap bapak ibu mudin jenazah dalam setiap tahun serta mengadakan koordinasi dengan puskesmas turi dalam mengadakan pembelian APD dan Bak mandi jenazah.Cara yang ditempuh adalah dengan menguatkan hubungan antara LINSEK, Bapak Ibu mudin jenazah dan petugas kesehatan dari puskesmas turi dalam menyediakan APD dan Bak mandi jenazahKEUNGGULAN INOVASISebelum munculnya inisiatif MANJA PAPAKU, Penatalaksanaan pemandian jenazah dengan penyakit menular sebelumnya masih banyak yang dipangku tanpa menggunakan APD Lengkap maupun Bak Mandi Khusus. Resiko terinfeksi bisa saja terjadi ketika tidak menggunakan APD dan Bak pemandian jenazah yang saniter, dan sistim memandikannya masih dipangku. Selain itu  pencemaran lingkung bisa terjadi ketika yang digunakan adalah tempat mandi masih menggunakan dipan yang pembuangan airnya tdk mengalir satu arah.  Munculnya Inisiatif MANJA PAPAKU membawa dampak positif terhadap pelayanan publik yang signifikan. Melalui Pelatihan rutin tahunan pada mudin  jenazah, sehingga mereka memiliki pengetahuan yang cukup tentang tatalaksana memandikan Jenazah sesuai dengan protokol kesehatan.  Inovasi ini berdampa positif dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan mampu meningkatkan kesadaran bahwa setiap jenazah Covid-19 harusnya mendapatkan perlakuan yang layak tanpa intimidasi. Mudin jenazah  yang sehat dan produktif menjadi agen perubahan karena punya akses yang lebih banyak. TRANSFERABILITASProgram inovasi MANJA PAPAKU sangat mudah dipindahkan, ditransfer, dan diadaptasi karena hanya membutuhkan pelatihan rutin memandikan jenazah dan mengkoordinir pembelian APD Lengkap.Dengan peran aktif mudin jenazah maka upaya pencegahan transmisi penularan infeksi penyaki menular terutama Covid-19 dapat terlaksana secara maksimal.Karena MANJA PAPAKU mengedepankan unsur pemberdayaan masyarakat, maka inivasi ini sangat layak untuk diadopsi dan diaplikasikan di seluruh wilayah Kabupaten Lamongan dan Jawa Timur.SUMBER DAYA DAN KEUANGANKeuanganAnggaran Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) 8.400.000/tahun.Swadaya Masyarakat 2000.000/tahun Pembelian APD dan BAK Mandi jenazah dengan harga 4000.000 perdesaDiwujudkan untuk acara penyuluhan dan pelatihan mudin jenazah serta persiapan kegiatan pemandian jenazah Sumber Daya Manusia76 mudin jenazah, 19 Bidan Desa, , 1 Programer HIV, 19  Polisi desa.Penunjang18 Ambulan desaSTRATEGI INOVASIUntuk menentukan langkah strategis, terlebih dahulu menganalisis penyebab domain dari masalah kasus Covid-19 dikecamatan turi merupakan kasus tertinggi di Kabupaten lamongan. Langkah strategis dalam inovasi MANJA PAPAKU adalah :Belum ada pelatihan khusu mudin jenazah Belum ada sarana prasarana khusus untu memandikan jenazah Belum ada wadah dan komunitas khusus dalam pencegahan penyakit menular pada jenazahKondisi sanitasi lingkungan belum memenuhi standart kesehatanKomunikasi tidak efektif Dari penyebab domain di atas maka langkah strategis yang dilakukan adalah:Bekerja sama dengan lintas sektor, aparatur desa, tokoh agama, tokoh pemuda untuk berkomitmen bersama dalam pencegahan transmisi penularan pada Jenazah terutama penularan HIV AIDSSiap mengkoordinir pembelian APD dan BAK Mandi jenazah Penguatan pelatihan mudin jenazah dengan memberikan pelatihan penatalaksanaan jenazah pada penyakit menular terutama HIV AIDS.Peningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pembuangan limbah satu arah dan melakukan sterilisasi APD, Bak mandi jenazah secara benar.Menjalin komunikasi yang efektif melalui media sosialKEBERLANJUTANAgar inovasi MANJA PAPAKU tetap berkelanjutan, maka langkah strategis yang ditetapkan adalah:Menjaga dan menguatkan komitmen bersama tokoh agama, pj desa dan petugas puskesmas dengan pertemuan rutin setiap 1 tahun sekali untuk pelatihan bagi mudin yang belum terlatih.Menjaga dan menguatkan komitmen bersama dengan lintas sektor, aparatur des, tokoh masyarakat dengan pertemuan rutin setiap 3 bulan sekali.Pemantauan terkait perawatan APD dan Bak mandi jenazah secara rutin Menlakukan sosialisasi secara berkesinambungan terhadap pembelian alat bagi desa yang belum mempunyai.Pelaporan setiap kali ada kasus kematian dengan Covid-19 pada programmer HIV AIDSMonitoring dan evaluasi oleh Programer Covid-19 Puskesmas Turi terhadap mudin jenazah setiap satu tahun sekali.Mengalokasikan penganggaran MANJA PAPAKU pada keuangan puskesmas setiap tahun melalui dana Bantuan Operasional Puskesmas (BOK).CAPAIAN KINERJA Setelah inovasi, modin yang terlalih meningkat menjadi 95% ditahun 2020 dan pengadaan APD Pemandian jenazah disetiap desa meningkat menjadi 77% ditahun 2021  Padahal sebelum inovasi, hanya mencapai 45% mudin yang terlatih dan 10% desa yang memiliki APD Lengkap. Tidak terdapat jenazah pada penyakit menular terutama HIV AIDS yang dipangku saat memandikan. MANJA PAPAKU melahirkan komunitas masyarakat para mudin jenazah dan LINSEK setempat yang bertugas memantau dan melakukan pemandian jenazah serta persiapan APD dan mengontrol APD setiap kali pakai serta perawatan satu bulan sekali. Hasil survey ilmiah tentang efektifitas inovasi MANJA PAPAKU terhadap resiko transmisi penyakit menular pada jenazah dengan metodologi Cross Sectional  dengan pendekatan Corelational didapatkan hasil peningkatan kapasitas Modin Jenazah menjadi 86%, praktik memandikan jenazah model Tanpa Dipangku menjadi 82%, tingkat kepuasan masyarakat meningkat menjadi 93%, penularan infeksi penyakit dari proses pemulasaraan jenazah menjadi 0%. Hasil uji Spearman Rho didapatkan hasil nilai α=0,001 yang bermakna signifikan.

Selengkapnya