Keracunan Obat
“Keracunan obat terjadi karena kesalahan konsumsi obat, baik akibat dosis yang berlebihan atau konsumsi bersamaan dengan obat lainnya. Gejala yang muncul bisa berupa sakit kepala, sesak napas, hingga kejang dan hilang kesadaran.”
Tak hanya pada makanan, keracunan juga bisa terjadi karena kesalahan dalam pemakaian obat-obatan. Kondisi keracunan obat biasanya disebabkan karena konsumsi obat dalam dosis yang tidak sesuai aturan (baik itu dosis kurang maupun berlebihan), atau konsumsinya dengan jenis obat lain, sehingga menimbulkan interaksi obat.
Tak hanya itu, keracunan obat yang juga bisa muncul karena obat dikonsumsi bersamaan dengan makanan maupun minuman tertentu. Contohnya seperti minuman beralkohol yang justru membuat obat menjadi beracun.
Lalu, ada pula keracunan obat yang muncul karena hipersensitivitas seseorang dengan salah satu, atau beberapa senyawa yang terkandung di dalam obat.
Gejala Keracunan Obat
Seperti halnya keracunan makanan, keracunan obat juga memicu sederetan tanda dan gejala pada orang yang mengalaminya. Namun, gejala yang muncul bisa berbeda pada setiap orang. Ini bergantung pada jenis obat, dosisnya, hingga kondisi kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Selain itu, gejala yang muncul sebagai dampak dari keracunan obat juga bisa berupa efek samping dari konsumsi obat. Hanya saja, efek samping yang dirasakan lebih parah. Meski demikian, secara umum gejala yang muncul pada seseorang dengan keracunan obat yaitu:
- Mengalami masalah pencernaan, misalnya mual dan muntah, diare, sakit perut, atau perdarahan pada saluran pencernaan.
- Detak jantung lebih cepat atau jantung seperti berdebar.
- Nyeri pada dada.
- Sakit kepala.
- Kejang.
- Mengalami penurunan kesadaran, bahkan bisa koma.
- Bibir dan kulit berubah warna menjadi kebiruan.
- Mengalami gelisah dan kebingungan.
- Kehilangan keseimbangan.
- Mengalami halusinasi.
Contoh sederhananya, seseorang yang mengalami keracunan obat jenis opioid akan menunjukkan gejala klinis. Contohnya seperti napas yang menjadi lebih lambat, tubuh lemas, mual dan muntah. Selain itu, gejala lainnya termasuk kurang kewaspadaan, pupil mata tampak mengecil, dan detak jantung berubah.
Sedangkan seseorang yang mengalami keracunan obat jenis paracetamol dapat menunjukkan gejala seperti mual, muntah, sakit perut, dan kejang. Jika tidak segera ditangani, pengidap dapat mengalami kerusakan organ hati hingga hilang kesadaran atau koma.
Perlu diperhatikan bahwa overdosis obat paracetamol menjadi kondisi yang sangat berbahaya. Sayangnya, gejala keracunan obat ini biasanya baru akan terlihat tiga hari setelah konsumsi obat.
Apa yang Harus Dilakukan?
Keracunan obat perlu mendapatkan penanganan segera untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih membahayakan nyawa. Namun, kamu juga bisa melakukan penanganan pertama berikut:
- Lakukan pengecekan pada denyut nadi, saluran napas, dan pola napas. Apabila pengidap tidak memberikan respons saat dipanggil, denyut nadi dan jantung tidak terasa, kamu bisa melakukan resusitasi jantung dengan menekan bagian dada dan memberikan napas buatan.
- Hindari meminta pengidap untuk muntah atau membiarkannya muntah, kecuali apabila petugas kesehatan memang menganjurkan demikian.
- Apabila pengidap muntah, kamu bisa segera membungkus tangan dengan menggunakan kain. Selanjutnya, bantu pengidap dengan membersihkan jalan napas, mulut, dan tenggorokan dari sisa muntahan.
- Sebelum petugas kesehatan tiba, baringkan tubuh pengidap ke sisi kiri. Pastikan pengidap tetap pada posisi yang nyaman.
- Hindari memberikan pengidap makanan maupun minuman apa pun yang diduga bisa membantu menetralisir racun.
- Apabila pengidap kehilangan kesadaran, hindari memberikan atau memasukkan apa pun ke dalam mulutnya.