Berita 29 Juli 2024
Paguyuban Penghayat Kapribaden menggelar puncak peringatan hari ulang tahun (HUT) Penghayat Kapribaden ke-46 di Kabupaten Lamongan selama dua hari sejak Sabtu hingga Minggu (27-28/7/2024).
Napak tilas ratu Raden Wijaya atau Dyah Wijaya raja pertama Kerajaan Majapahit, sarasehan, junjung drajat kearifan lokal, kirab tumpeng, hingga wayangan turut mewarnai peringatan tersebut. Bupati Lamongan Yuhronur Efendi dalam Peringatan HUT Penghayat Kapribaden Ke 46 di Dusun Dampit, Desa Sumberjo, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan menyebut, peringatan ini sebagai uri-uri kabudayan Jawi.
“Semoga sukses selalu menguri-uri budaya, melakukan aktifitas untuk kemajuan Lamongan dan negara yang kita cintai,” ucap Bupati yang akrab disapa Pak Yes, Minggu (28/7/2024) malam.
Lebih lanjut, kata Pak Yes, Pemerintah Kabupaten Lamongan akan terus berkolaborasi melestarikan nilai-nilai budaya leluhur bersama Penghayat Kapribaden maupun Penghayat yang tergabung dalam Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI).
“Mudah-mudahan terus berkembang dengan baik, tadi saya juga sudah berdiskusi dengan Pak Suprih Suhartono tentang berbagai hal yang berkaitan dengan penghayat ini,” ucap Pak Yes.
Sementara itu, Ketua Pusat Paguyuban Penghayat Kapribaden yaitu Suprih Suhartono mengungkapkan, penganut kepercayaan Kapribaden selama ini telah mendapatkan berbagai fasilitas yang setara dengan penganut kepercayaan lain di Indonesia.
“Kemudahan fasilitasi yang sudah diberikan oleh pemerintah kepada kami (Penghayat Kapribaden) sudah banyak sekali, bisa bersekolah dengan mengambil mata pelajaran kepercayaan, bisa bekerja di instansi pemeirntahan maupun TNI Polri, sehingga penghayat kepercayaan bisa dikatakan setara dengan keyakinan yg lain,” ungkapnya.
Selain itu, Suprih Suhartono menyebut tuntunan utama yang digunakan untuk manembah Tuhan Yang Maha Esa diantanya kunci, asmo, mijil, singkir dan paweling. Tuntunan ini dikenal dengan sebutan panca gaib. Sedangkan, dalam berkehidupan sosial masyarakat Penghayat Kapribaden menerapkan konsep pangumbahing rogo yaitu sabar, nerimo, ngalah, welas-asih dan ikhlas.
“ini adalah bekal bagi kita warga kapribaden yang saat ini diuri-uri dan juga dilestarikan. Ini juga menjadi cita-cita kami sehingga bisa lestari sepanjang zaman, bukan hanya untuk warga kapribaden tetapi juga warga masyarakat sekitar dan lingkungan,” tambahnya.
Suprih Suhartono berharap, kehadiran Penghayat Kapribaden dapat meningkatkan kerukunan masyarakat dengan hidup guyup, mengayomi, damai, tentram.