Profil Budaya Lamongan


Secara substansi, garis besar corak budaya di Kabupaten Lamongan terbagi menjadi 2 (dua) wilayah besar, yakni Wilayah Selatan (termasuk Kota Lamongan) dan wilayah utara Kabupaten Lamongan. Namun demikian pembagian secara administratif belum ada penelitian terinci dari 27 Kecamatan di wilayah Kabupaten Lamongan dimaksud. Wilayah selatan dipengaruhi oleh budaya mataraman (Kerajaan Mataram Kuno) dan wilayah utara corak budaya dipengaruhi oleh budaya islam/religius (kerajaan Mataram Islam/Kerajaan Demak). Benda-benda peninggalan bersejarah berupa prasasti abad XI M dan bangunan bersejarah lebih banyak ditemukan dan terawat diwilayah selatan daripada di wilayah utara Lamongan. Namun demikian situs cagar budaya dan benda-benda cagar budaya yang menjadi lambang akulturasi budaya Islam banyak ditemuakan di wilayah utara, seperti Makam Sunan Drajat/Walisongo (XV M) dan Makam Sunan Sendang Duwur serta peninggalan Gapura Bentar maupun gapura Padhurekso yang melambangkan simbol-simbol akulturasi budaya Hindu ke Islam karena pengaruh penyiaran/ajaran Sunan Drajat dan Sunan Sendang Duwur. 

Ragam seni wilayah selatan berupa seni tradisi seperti seni tari, jaran kepang/kepang dor, reog, langen tayub, wayang kulit, sandur, karawitan dan campursari. Grup-grup seni tersebut mengelola kelompoknya secara mandiri dan kekeluaragaan, meskipun demikian sering melakukan pertunjukan dalam wilayah Lamongan maupun di luar Kabupaten Lamongan. Dari data induk dan survey, grup Jaranan/Kepang Dor paling banyak yakni lebih dari 24 grup, sedangkan produktifitas berdasarkan hasil karya/kreasi yang tercipta adala seni tari, meskipun jumlah sanggar hanya 6 sanggar. Seni tari yang sering ditampilkan beprestasi (juara nominasi nasional) adalah tari boranan yang dimbil dari nilai-nilai tradisi masyarakat penjual nasi boran di Desa Sawo dan Kaotan Kecamatan Lamongan. Tari Boran dapat dipertunjukkan dengan jumlah penari terbatas maupun dalam bentuk kolosal (pernari lebih dari 100 penari). Adapun upacara budaya/nilai budaya masyarakat adalah berupa upacara bersih desa, sedekah bumi, bersih sendang, nyadran dan Mendhak/Nyanggreng. Hampir desa-desa dari 10 Kecamatan di Wilayah Selatan masih mengadakan upacara dimaksud dengan sangat hidmah dan meriah, namun demikian upacara budaya yang cukup menonjol dalam pelaksanaanya adalah upacara Mendhak/Nyanggreng di Desa Slaharwotan Kecamatan Ngimbang yang dalam pelaksanaannya menggabungkan unsur budaya dan seni secara kompak, yang dihadiri beberapa Kabupaten (Lamongan, Jombang, Tuban, Bojonegoro dan Surabaya) selama empat hari dan dalam rangka mendo‟akan pada Allah Swt dan mengambil berkah kebaikan dari Ki Buyut Terik (keturunan Giri dan penyebar Islam di wilayah tersebut). 

Corak kesenian wilayah utara yang cukup berkembang adalah seni bernafaskan religi, seperti gamelan singo mengkok, terbang jidor (tanjidor), sholawat Albanjari, hadrah, qosidah dan sejenisnya. Terbang jidor adalah seni yang digunakan Raden Noer Rahmat (Sunan Sendang Duwur) tahun 1520 M untuk penyebaran islam secara kultural diwilayah tersebut. Tanjidor adalah seni membaca Sholawat Nabi SAW dengan kitab Al-Barzanji berlanggam jawa. Tanjidor menggunakan alat musik kendang, terbang, gambang, horjen, jidor dan dimainkan oleh 12 orang laki-laki, dipimpin oleh seorang pembaca sholawat. Seni Tanjidor biasanya dipentaskan pada acara hari-hari besar Islam, khususnya pada saat acara Maulud Nabi, bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah. Seni Hadrah atau terbangan, yakni membaca sholawat barjanji yang diikuti tabuhan terbang dengan gerakan-gerakan sederhana menjadi budaya islam masyarakat di wilayah tengah dan utara Lamongan dan dibaca rutin setiap bulan sekali atau setiap acara haul atau hari besar islam. Disamping itu grup sholawat Albanjari yang personalnya mayoritas remaja telah terbentuk dibeberapa masjid, musholla, sekolah dan karangtaruna di wilayah utara kabupaten Lamongan, lebih dari 60 Grup Al-banjari di Lamongan.

Tradisi petik laut dan tutup layang merupakan upacara khas masyarakat nelayan di Kecamatan Paciran dan Brondong, dilingkup rukun nelayan maupun lingkup Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Cabang Lamongan yang dipusatkan di tempat - tempat TPI tertentu dengan upacara meriah yang dihadiri oleh Muispida Kabupaten dan Seluruh Nelayan. Upacara larung sesaji dengan menyembelih kerbau/sapi yang dihanyutkan ke laut sudah ditiadakan dan diganti dengan serangkaian istighosah dan do‟a bersama yang dipimpin oleh ulama setempat sebagai ungkapan rasa syukur pada Allah SWT, atas hasil laut yang didapatkan. Tradisi kupatan, haul dan selamatan tujuh, empat puluh hari juga menjadi tradisi yang rutin dan melekat di wilayah tengah dan utara Lamongan. Tradisi tersebut sejak lama dilaksanakan sebagaimana yang dilaksanakan para wali atau kekasih Allah SWT diwilayah tersebut.

Disamping itu adat pengantin Bekasri menjadi tradisi upacara pernikahan di Kabupaten Lamongan, baik diwilayah Lamongan Selatan maupun tengah dan utara. Tata rambut, model hiasan bunga, cara berpakaian, dan beberapa asesoris yang digunakan pada pengantin Bekasri mirip dengan tata busana dan asesoris yang digunakan pada patung-patung peninggalan kerajaan Majapahit yang tersimpan di museum Trowulan Mojokerto. Proses adat pernikahan bekasri diawali dengan serangkaian kagiatan (1) Madik atau golek lancur, (2) Ganjur atau Nyontok, (3) Notog dinten atau Negesi, (4) Ningseti atau Nglamar, (5) Mbales atau Totogan, (6) Ambyuk atau Mboyongi, dan (7) Ngentek dina.

 disparbud
 2632
 05-September-2022

Kontak


Jl. Sunan Giri No.1, Tumenggungan, Kec. Lamongan, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur 62215, Indonesia

web :

1. lamongankab.go.id


Play Store :

disparbud@lamongankab.go.id
(0322) 311919

Pengunjung

Hari Ini 0
Kemarin 0
Minggu Ini 0
Minggu Lalu 0
Bulan Ini 0
Bulan Lalu 0
Tahun Ini 0
Semua 0
#LamonganMegilan
© Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan 2023
Theme system: west