IMPLEMENTASIKAN LITERASI TERAPAN, DINAS ARPUSDA GELAR FESTIVAL KULINER LAMONGAN
Kuatnya literasi mendorong tingginya peradaban dan kebudayaan suatu bangsa. Bagi Indonesia aktivitas literasi akan sangat berguna bagi kemajuan bangsa dan orientasinya ke depan. Bagaimana generasi dapat mengenal dan menghargai sejarah besar bangsanya adalah karena kemampuan literasi. Sebaliknya dengan literasi yang rendah peradaban dan budaya bangsa akan berangsur-angsur hilang dari ingatan generasi. Persoalan bagaimana mendorong generasi yang melek literasi dan menjadikan literasi sebagai bagian dari life style masyarakat Indonesia perlu dibudayakan dan ditopang dengan sistem yang baik, terukur dan terstruktur.
Kemampuan literasi menjadi dasar dalam penerapan pengembangan budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Budaya sebagai sebuah sistem gagasan dan rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia di dalam kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan merupakan hasil karya, cipta, rasa serta tindakan dan gagasan yang ada dalam rangka kehidupan masyarakat yang diturunkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Proses turun temurun antar generasi melalui proses penyampaian informasi secara berkelanjutan untuk dijadikan milik manusia pada masa yang sekarang dan yang akan datang.
Untuk tetap menjaga eksistensi kuliner juga jajanan khas Lamongan, pada Rabu (28/9) di sepanjang jalan antara Pendopo Lokatantra dan Alun-alun Lamongan, dilaksanakan Festival Kuliner Lamongan yang memberikan gratis 1000 porsi kuliner dan jajanan khas Lamongan.
Kuliner khas Kabupaten Lamongan dapat dikatakan sebagai kuliner yang populer, tersebar hampir di seluruh kota di Indonesia. Siapa orang yang tidak kenal dengan Soto Lamongan? Khas dengan taburan koya dan rasa gurih segar perasan jeruk nipis. Namun tidak hanya Soto Lamongan, beberapa kuliner yang cukup terkenal ada pecel lele, nasi boran, tahu campur, dan masih banyak yang lainnya. Oleh Bupati Lamongan Yuhronur Efendi, kuliner dikatakan sebagai bagian dari budaya yang harus terus diperkenalkan, dipelihara, juga dijaga eksistensinya.
“Tadi ada jajanan di Lamongan yang kita perkenalkan dan kita berikan gratis. Alhamdulillah dalam waktu tidak sampai 1 jam sudah habis. Kita tau bahwa budaya di Kabupaten Lamongan ini adalah kuliner yang merajai di seluruh kota-kota di Negara ini, sehingga untuk menjaga eksistensi kita dalam kuliner Lamongan sebagai bagian dari budaya masyarakat Lamongan, kita harus terus memperkenalkan, memelihara, dan terus menjaga supaya eksistensi Lamongan sebagai kuliner ini akan terus berkembang dengan baik. Kita perkenalkan kepada generasi muda bahwa kuliner ini juga mempunyai masa depan yang juga luar biasa baik,” ujar Pak Yes.
Ditambahkan Pak Yes bahwa hal ini merupakan bentuk dari usaha untuk mengangkat potensi lokal yang dimiliki daerah. Terdapat 20 stand yang berisikan berbagai jajanan dan kuliner khas Lamongan yang terdiri dari Soto Lamongan, tahu campur, pecel lele, nasi boran, lontong deprok, nasi muduk, asem bandeng, seafood, jumbrek, es batil, es dawet siwalan, es legen, wingko, keripik patin, ladu, arum manis/rambut nenek, serta berbagai jajanan khas Lamongan. Seluruh jajanan ini ludes diserbu masyarakat dalam kurun waktu kurang dari 1 jam.
“Saya yakin ini lebih dari seribu yang kita persiapkan. Selain soto, ada tadi nasi boranan, juga ada nasi muduk, ada juga lontong deprok tadi juga cepat ludes, ada juga jajanan-jajanan yang ada di Lamongan. Ini berangkai, sebagai upaya untuk mengangkat potensi lokal sesuai dengan tema dan kearifan lokal di beberapa daerah. Kemarin kita di Brondong dengan festival ikan pindang, Paciran festival rajungan, nanti di Sendang Dhuwur ada festival nasi muduk, mengangkat kearifan lokal, dan kuliner ini sebagai bagian dari budaya Lamongan,” tambah Pak Yes.