DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN

Lainnya

Lainnya 02 April 2024

LITERASI KULINER : WINGKO BABAT LAMONGAN

Sahabat Literasi siapa nih yang nggak kenal dengan makanan tradisonal yang satu ini, Wingko Babat. Kalau orang Lamongan pasti tidak asing dengan yang namanya Wingko Babat. 

Wingko Babat merupakan salah satu jenis kuliner Tionghoa yang kemudian banyak dijual oleh masyarakat pribumi. Kok bisa kuliner Tionghoa? 

Sebetulnya awal kedatangan orang-orang Tionghoa ke Lamongan belum diketahui pasti sejak kapan, namun beberapa sumber menyebutkan bahwa kedatangan orang-orang Tionghoa jauh sebelum kedatangan orang-orab Arab, India dan Eropa. Menurut wawancara dengan Supriyo melalui  buku Sejarah Lamongan dari Masa ke Masa disebutkan keberadaan mereka terbukti dengan temuan keramik sepanjang aliran sungai Bengawan Solo hingga ke Lamongan. Sedangkan menurut penuturan Suyari komunitas Tionghoa tersebut saat ini berada di kecamatan Babat. Orang-orang Tionghoa berpusat di kawasan Jalan Raya Babat, yaitu titik persimpangan Bojonegoro, Jombang, Tuban dan Surabaya. Mereka mendirikan berbagai usaha perdagangan dengan mendirikan ruko atau rumah toko.


Pada zaman kolonial Belanda, orang-orang Tionghoa ini memiliki bidang usaha bermacam-macam mulai dari usaha skala kecil hingga menengah diantaranya, berdagang beras, menjual makanan tradisional yaitu wingko, perdagangan tembakau dan rokok. Menurut sebuah artikel yang dimuat Harian Surya salah satu orang Tionghoa yang menekuni usaha pembuatan wingko bernama Loe Lan Ing yang depot atau tempat usahanya terletak di 1 km sebelah barat di pertigaan Babat, tepatnya di jalan Raya Babat, no. 198 Lamongan.


Tahukah bahwa merek wingko Babat tertua adalah merek wingko Loe Lan Ing. Di depan depot Loe Lan Ing terdapat sebuah puisi Wingko Babat, seperti ini cuplikannyaa:


Suatu Hari Nanti

Wingko Babat jadi terkenal

Ke seluruh dunia

Seperti Pizza dari Italia

..........................


Resep wingko tersebut merupakan resep warisan dari ayah Loe Lan Ing yaitu Loe Soe Siang. Resep yang digunakan menggunakan beras ketan dikarenakan pengaruh dari budaya Tionghoa sedangkan penggunaan parutan kelapa merupakan pengaruh lokal, hal ini dikarenakan banyak pohon kelapa banyak terdapat di pesisir pantai utara Jawa termasuk Lamongan.


Wingko buatan Loe Lang Ing yang melegenda memiliki cita rasa yang manis dan lezat ini mendorong adik perempuannya bernama Loe Lan Hwa dan suaminya The Ek Tjong mengembangkan usaha wingko Babat di Semarang pada tahun 1944 dengan merek dagang Cap Sepoor atau yang kita kenal saat ini dengan nama Wingko Babat Kereta Api. Merek dagang ini adalah pilihan The Ek Tjong yang kemudian mengganti nama menjadi D. Mulyono. Pada perkembangannya, wingko Babat Kereta Api menjadi ikon kuliner Semarang.


Saat ini di Lamongan, Wingko Babat menjadi  salah satu makanan tradisional khas Lamongan. Banyak dijumpai di terminal bus, stasiun dan toko-toko. Selain original, wingko Babat kini memiliki berbagai macam rasa seperti rasa coklat, keju, durian, nangka dan kopi. Anak dari Loe Lan Ing yaitu Go Kok Hien mengembangkan usaha wingko babat dengan nama merek dagang Wingko Babat Kelapa Muda. Semakin bertambahnya tahun, penjual Wingko Babat bermunculan di Lamongan. Di Lamongan selain Wingko Babat Loe Lan Ing juga ada Wingko Babat Arjuna yang terletak di Gg Arjuna, Kauman, Sidoharjo. Wingko Babat Arjuna buka mulai pukul 06.00-17.00 WIB. Harga wingko Babat Arjuna untuk ukuran besar seharga Rp 50.000 per wingko.


(Fitri Areta)